Mengenang Tragedi Mandor Di Kalimantan Barat

Standar

Tulisan seorang teman di facebook mengingatkanku tentang peristiwa  Tragedi Mandor yang nyaris terlupakan di dalam sejarah perjuangan Indonesia.  Inilah kutipan selengkapnya :

Kalimantan Barat, Desa Mandor, hari ini tgl 28 Juni, 67 tahun silam………..

Terjadi salah satu Kejahatan terkeji di muka bumi yg dilakukan oleh manusia terhadap manusia. Kejahatan itu telah memutus satu generasi putra putri Kalimantan Barat. Dibawah pimpinan Letnan Jenderal Tadashige Daigo membantai 50.000 putra putri terbaik, para Raja, Cendikiawan, dan Tokoh2 Masyarakat.  Mereka dipancung dan dimasukkan ke dalam satu lubang sehingga menyerupai bukit kematian.

Saat ini monumen pembantaian itu masih tegak kokoh berdiri.  Bukan untuk tenggelam ke masa kelam, tapi sebagai cambuk dan penyemangat yg bergelora di dada seluruh putra putri Kalimantan Barat, membangun bumi khatulistiwa tercinta.. (Yuri Antariksa)

Dan mari kita ingat kembali peristiwa itu  :

MENGENANG PERISTIWA MANDOR DI KALIMANTAN BARAT

Kalimantan Barat atau West Borneo pernah mengalami masa-masa kelam saat pendudukan jepang melalui serangkaian peristiwa berdarah yang melenyapkan satu generasi intelektual, tokoh-tokoh penting dan kharismatik sampai orang-orang biasa.

Tentara pendudukan Jepang melakukan pembantaian massal di Kalbar terhadap kalangan feodal lokal, cerdik pandai, ambtenar, politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga rakyat jelata, dari berbagai etnik, suku maupun agama.

Lokasi daerah Kecamatan Mandor, Kalimantan Barat

Peristiwa yang dicatat sebagai sejarah paling kelam dan tragis bagi masyarakat Kalimantan barat meninggalkan kenangan dan luka yang mendalam bagi keluarga-keluarga yang ditinggalkan karena orang-orang yang mereka kasihi direnggut secara paksa dengan cara yang dengan tepat melukiskan betapa fasisnya penjajah jepang waktu itu.

Peristiwa yang terjadi pada tahun 1943-1944 dikenal sebagai peristiwa Mandor karena lokasinya tepat terletak di daerah Mandor yang sekarang masuk dalam  wilayah kabupaten Landak. Jumlah korban yang sebenarnya tidak pernah terungkap sampai saat ini, namun diperkirakan korban peristiwa tersebut sebanyak 21.037 jiwa dengan target sebanyak 50.000 jiwa, berdasarkan pengakuan Kiyotada Takahashi seorang turis Jepang yang berkunjung ke Kalbar 2-122 Maret 1977. Ia merupakan mantan opsir Syuutizityo Minseibu yang pernah tinggal di Jalan Zainuddin Pontianak yang saat berkunjung tersebut Takahashi berprofesi sebagai Presiden Direktur perusahaan Marutaka House Kogyo Co Ltd.

Setidaknya ada 48 nama korban yang dimuat Borneo Sinbun hari itu, lengkap dengan keterangan umur, suku, jabatan atau pekerjaan. Mereka adalah JE Pattiasina, Syarif Muhammad Alkadri, Pangeran Adipati, Pangeran Agung, Ng Nyiap Soen, Lumban Pea, dr Rubini, Kei Liang Kie, Ng Nyiap Kan, Panangian Harahap, Noto Soedjono, FJ Loway Paath, CW Octavianus Lucas, Ong Tjoe Kie, Oeray Alioeddin, Gusti Saoenan, Mohammad Ibrahim Tsafioeddin, Sawon Wongso Atmodjo, Abdul Samad, dr Soenaryo Martowardoyo, M Yatim, Rd Mas Soediyono, Nasaruddin, Soedarmadi, Tamboenan, Thji Boen Khe, Nasroen St Pangeran, E Londok Kawengian, WFM Tewu, Wagimin bin Wonsosemito, Ng Loeng Khoi, Theng Swa Teng, dr RM Ahmad Diponegoro, dr Ismail, Ahmad Maidin, Amaliah Rubini (istri dr Rubini), Nurlela Panangian Harahap (istri Panangian), Tengkoe Idris, Goesti Mesir, Syarif Saleh, Gusti A Hamid, Ade M Arief, Goesti M Kelip, Goesti Djafar, Rd Abdulbahri Danoeperdana, M Taoefik, AFP Lantang, dan Rd Nalaprana. (sumber : Catatan Syafaruddin Usman MHD dalam Harian Equator).

Nama-nama tersebut hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan korban yang mati secara tragis karena diculik dari rumah mereka kemudian dibantai oleh tentara jepang dilokasi yang sekarang ditandai dengan dibangun sebuah monument yang dihiasi relief-relief untuk menggambarkan bagaimana proses penculikan sampai pembantaian terjadi.

Banyaknya korban dan kekejaman tiada tara dikemudian hari dapat disaksikan melalui tulang-belulang yang berserakan dilokasi tersebut, tengkorak-tengkorak kepala yang terlepas dari raganya dapat melukiskan bagaimana nyawa-nyawa mereka berakhir diujung samurai. Bahkan saking banyaknya korban yang harus dieksekusi, dilokasi tersebut beberapa saat yang lalu sering ditemukan patahan-patahan samurai.

Pada dasarnya bahwa tentara pendudukan jepang sengaja melakukan tindakan-tindakan biadap tersebut guna memberangus dan mematahkan semangat dan perlawanan masyarakat Kalimantan barat terhadap jepang. Penangkapan dilakukan dalam beberapa tahap, Pada awal pendudukan Jepang, tulis Iseki, keadaan di Kota Pontianak dan masyarakatnya sangat damai. Tidak ada gerakan anti-Jepang. Tapi pada Juli 1943, terbongkar komplotan melawan Jepang di Banjarmasin.

Otaknya adalah BJ Haga bekas Gubernur Belanda di Borneo. Tentara Jepang tak memberi ampun. Haga dan 800 orang yang dituduh terlibat gerakan itu dihabisi oleh Administrator Kaigun, Iwao Sasuga. Rupanya, berdasarkan informasi dari para informan Jepang, kelompok Banjarmasin itu telah menjalin hubungan dengan para aktifis di Pontianak. Tentu informasi dari Amir, seorang informan di Tokkei ini, membuat pihak Jepang marah. Menurut amir, Manajer Asahikan sebuah bioskop di Pontianak Ahmad Maidin, malah telah menyebarkan berita fitnah yang meresahkan. Misalnya, kota Surabaya dibom dan pasukan Jepang kalah perang terus. Kabar itu tersebar pada Juli-Agustus 1943.

Pada akhir Januari 1944 terjadi lagi penangkapan tahap II. Sekitar 120 orang yang ditangkap, antara lain tokoh-tokoh Singkawang. Sedangkan penangkapan tahap III terjadi pada Februari 1944, menimpa para ambtnaar dan kaum intelektual pada zamannya. Pada 28 Juni 1944 itulah saat yang menyeramkan warga Pontianak.

Waktu itu, demikian Iseki dalam bukunya, dilakukan pengadilan kilat terhadap 48 tokoh. Hari itu pula, para perintis kemerdekaan itu divonis hukuman mati dan langsung ditembak saat itu. Tawanan yang lain, yang berjumlah sedikitnya 1.000 orang papar Iseki, dipancung dengan samurai tanpa diadili. (sumber : Catatan Syafaruddin Usman MHD dalam Harian Equator).

Bagaimana mencekam dan menakutkan situasi ketika peristiwa tersebut terjadi dapat kita gambarkan melalui berbagai kesaksian baik dari korban yang lolos maupun dari keluarga korban atau para saksi mata dan pelaku sejarah.

Tajima (Prajurit Kompetai Jepang) :

“saya angkat bedil serta bayonet dengan tangen yang gemetar dan dengan tuntunan sumpah serapah sang letnan yang hampir histeris.  Saya jalan perlahan lahan ke pria cina yang berdiri dengan muka ketakutan di samping lubang mayat, liang kubur yang ia bantu ketika menggalinya. Dalam hati saya meminta maaf kepadanya, dengan mata dipejamkan dan sumpah serapah letnan di kuping saya, saya menancapkan bayonet tersebut ke tubuh pria tersebut yang menjadi tegan itu. Waktu saya membuka mata saya, saya melihat pria itu jatuh perlahan ke liang kuburnya. Pembunuh kriminal, begitu saya memanggil diri saya”

Takahashi

“Saya ingat dan masih punya catatan tentang jumlah korban yang tertangkap ataupun terbunuh secara masal pada sekitar bulan Juni 1944, yaitu 21.037 orang. Tapi saya kurang mengetahui dengan pasti apakah semua tawanan itu dibunuh di daerah Mandor. Akan tetapi tentang jumlah korban tersebut pernah tercatat dalam sebuah dokumen perang yang tersimpan di museum di Jepang,” ucap Kiyotada Takahashi.

Lim Bak Djue atau Djuanda Rimbawidjaja :

“Dari orang Tionghoa yang menjadi korban Jepang, keluarga kami paling banyak,” ujarnya. Tak tanggung-tanggung, 8 anggota keluarga besarnya dibantai tentara Jepang masa itu.

Sultan Syarif Abubakar :

Sejak awal April, pemerintah Jepang di Pontianak mendengar isu akan adanya pemberontakan. Suasana kota Pontianak pun menjadi tegang. Rupanya ada yang memanfaatkan situasi itu untuk memancing di air keruh, tiba-tiba Jepang mencurigai keluarga Sultan Muhammad Alkadrie yang akan menjadi otak pemberontakan.

Hari itu ribuan balatentara Jepang mengadakan operasi kilat penangkapan orang-orang yang dicurigai. Dengan membabi buta setiap orang yang dianggap mempunyai intelektualitas –terutama para ulama—ditangkapi. Sultan Muhammad sendiri bersama para punggawanya “dijemput” paksa balatentara Jepang dari istananya.

Dengan disaksikan istri, anak cucu, punggawa dan sebagian rakyatnya, raja yang ahli ibadah itu dirantai dan kepalanya ditutupi kain hitam, sebelum dibawa pergi. Yang mengharukan, sebelum dibawa pergi Sultan Muhammad Alkadrie memutar-mutar tasbih di jari telunjuknya seraya bertakbir.

Rombongan pembesar kerajaan lalu dibawa ke depan markas Jepang di sisi lain sungai Kapuas (sekarang menjadi markas Korem). Di tempat itu satu persatu kepala mereka dipenggal, kemudian dimasukkan ke truk dan dibawa pergi entah kemana. Beruntung, tujuh bulan kemudian –setelah Jepang sudah angkat kaki– jasad Sultan Muhammad Alkadrie berhasil ditemukan di Krekot. Penemuan itu sendiri berkat laporan salah seorang penggali lubang makam yang berhasil lolos dari pembantaian serdadu Jepang.

Dan sungguh menakjubkan, meski sudah tujuh bulan terkubur, saat digali kembali, jasad sultan yang shalih itu masih utuh seperti orang yang baru saja meninggal dunia. Bahkan, menurut kesaksian para penggali, pakaian dan tasbihnya pun masih tampak bagus. Jasad Sultan Muhammad Alkadrie kemudian dimakamkan kembali di makam para sultan Pontianak di Batulayang.

Source :  Yuri Antariksa / Dedi Sumantri  / Sumber lainnya

Satu tanggapan »

  1. PERBAIKAN :

    Tertulis :

    PERANG PASIFIK: REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG (BAGIAN-2)

    Oleh : Indra Ganie

    Tulisan ini untuk mengenang 70 tahun (1945 – 2015) Kapitulasi Jepang yang mengakhiri Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), sekaligus mengenang Proklamasi 1945. Proklamasi 1945 merupakan pernyataan kehendak bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, antara lain membentuk negara untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan : berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.

    Tulisan ini dipersembahkan kepada seluruh anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus sebagai bakti saya kepada para pahlawan – antara lain dari keluarga saya.

    SEKUTU BALAS MENYERBU

    ……………………………………… (dan seterusnya)

    Seharusnya :

    PERANG PASIFIK: REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG (BAGIAN-3)

    Oleh : Indra Ganie

    Tulisan ini untuk mengenang 70 tahun (1945 – 2015) Kapitulasi Jepang yang mengakhiri Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), sekaligus mengenang Proklamasi 1945. Proklamasi 1945 merupakan pernyataan kehendak bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, antara lain membentuk negara untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan : berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.

    Tulisan ini dipersembahkan kepada seluruh anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus sebagai bakti saya kepada para pahlawan – antara lain dari keluarga saya.

    SEKUTU BALAS MENYERBU

    ……………………………………… (dan seterusnya)

    Kata “BAGIAN-2” diganti dengan “BAGIAN-3”.

    Suka

  2. PERBAIKAN :

    Tertulis :

    PERANG PASIFIK: REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG (BAGIAN-2)

    Oleh : Indra Ganie

    Tulisan ini untuk mengenang 70 tahun (1945 – 2015) Kapitulasi Jepang yang mengakhiri Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), sekaligus mengenang Proklamasi 1945. Proklamasi 1945 merupakan pernyataan kehendak bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, antara lain membentuk negara untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan : berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.

    Tulisan ini dipersembahkan kepada seluruh anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus sebagai bakti saya kepada para pahlawan – antara lain dari keluarga saya.

    SEKUTU BALAS MENYERBU

    …………………………………….. (dan seterusnya)

    Seharusnya :

    PERANG PASIFIK: REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG (BAGIAN-3)

    Oleh : Indra Ganie

    Tulisan ini untuk mengenang 70 tahun (1945 – 2015) Kapitulasi Jepang yang mengakhiri Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), sekaligus mengenang Proklamasi 1945. Proklamasi 1945 merupakan pernyataan kehendak bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, antara lain membentuk negara untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan : berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.

    Tulisan ini dipersembahkan kepada seluruh anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus sebagai bakti saya kepada para pahlawan – antara lain dari keluarga saya.

    SEKUTU BALAS MENYERBU

    …………………………………….. (dan seterusnya)

    Kata “BAGIAN-2” diganti dengan “BAGIAN-3”.

    Suka

  3. PERANG PASIFIK: REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG (BAGIAN-2)

    Oleh : Indra Ganie

    Tulisan ini untuk mengenang 70 tahun (1945 – 2015) Kapitulasi Jepang yang mengakhiri Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), sekaligus mengenang Proklamasi 1945. Proklamasi 1945 merupakan pernyataan kehendak bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, antara lain membentuk negara untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan : berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.

    Tulisan ini dipersembahkan kepada seluruh anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus sebagai bakti saya kepada para pahlawan – antara lain dari keluarga saya.

    SEKUTU BALAS MENYERBU

    Gerak maju pasukan Jepang memaksa pasukan Sekutu tercerai berai, ada yang ke India, Australia dan AS. MacArthur pergi dari Filipina dan Hubertus Johannes van Mook pergi dari Hindia Belanda menuju Australia. Stilwell pergi dari Birma dan Wavell pergi dari Hindia Belanda menuju India.

    Pada bulan Desember 1941 Sekutu membentuk arena perang yang dikenal dengan “Arena CBI” (China-Burma-India) dan ABDACOM pada bulan Januari 1942. ABDACOM runtuh ketika gagal mempertahankan Hindia Belanda. Istilah Arena CBI tetap dipakai hingga perang usai.

    Sekutu, yaitu Presiden Franklin D. Roosevelt dari AS dan Perdana Menteri Sir Winston Churchill membuat persetujuan: Inggris – dengan bantuan AS – membantu mempertahankan Birma dan India, Samudera Pasifik dipertahankan oleh AS. Adapun Cina harus mempertahankan diri sendiri dan Birma dengan bantuan AS dan Inggris. Belanda turut serta dengan mengirim Laksamana Conrad Emil L. Helfrich membantu Inggris di India dan Van Mook membantu AS di Australia.

    Untuk wilayah Pasifik dibentuk “Komando Wilayah Pasifik Barat Daya” dengan panglima MacArthur dan “Komando Wilayah Samudera Pasifik” dengan panglima Nimitz tahun 1942. Pada 1943 dibentuk “Komando Wilayah Asia Tenggara” (SEAC) dengan panglima Mountbatten. Hindia Belanda terbagi antara Sumatera di bawah Mountbatten dan selebihnya di bawah MacArthur.

    AL Jepang (Kaigun) telah mendapat kekalahan di Laut Koral dan Midway. Sesungguhnya. Midway adalah titik balik perang tapi hal tersebut kurang disadari, terlebih oleh Jepang. Hal tersebut mungkin karena AD Jepang (Rikugun) belum pernah kalah.

    Pada 7 Agustus 1942 pasukan Sekutu mendarat di Guadalcanal, pulau yang termasuk rangkaian Kepulauan Solomon. Tujuannya adalah mematahkan kepungan Jepang terhadap Australia-Selandia Baru sekaligus membuka front kedua setelah Irian Timur. Pertempuran di Irian Timur sedang berlangsung, pasukan Sekutu mati-matian mempertahankan pangkalan Port Moresby. Dengan demikian fokus Jepang terpecah. Letnan Jenderal Haruyoshi Hyakutake dihadapkan pada pilihan rumit: membantu pasukan di Irian atau Guadalcanal.

    Pertempuran di Guadalcanal berlangsung hingga Februari 1943. Pertempuran tersebut mencakup 3 matra: laut, darat dan udara. Di darat, pasukan yang bertempur harus juga melawan musuh ketiga: alam. Guadalcanal mungkin surga untuk piknik, tetapi neraka untuk perang. Rawa, hutan, gunung dan wabah harus dihadapi. Pasukan Jepang bertahan dalam gua – siasat baru bagi Sekutu saat itu, dan kadang menyerbu garis pertahanan Sekutu.

    Pertempuran di darat ditentukan oleh pertempuran laut. Armada Jepang dan armada Sekutu bertarung sengit untuk menguasai perairan Guadalcanal. Ketika Sekutu menang di laut, menang di darat hanya soal waktu. Blokade laut Sekutu berakibat pasukan Jepang menderita kekurangan. Dengan tipuan cerdik, pasukan Jepang dalam jumlah sedemikian besar dapat diungsikan dari Guadalcanal. Sebagian besar dari mereka sakit, lelah, lapar dan haus. Yang tertinggal bersembunyi atau bergerilya bertahun-tahun.

    Di Irian, pasukan Australia secara bertahap menghalau pasukan Jepang di sepanjang “Jalan Setapak Kokoda” (Kokoda Trail) dan pasukan AS mendarat di pesisir utara “ekor” Irian. Pada akhir Januari 1943 pasukan Jepang terhalau dari ekor Irian.

    Dengan demikian AD Jepang untuk pertama kali mendapat kekalahan di Pasifik.

    Kekalahan di Guadalcanal dan Irian Timur berakibat pada perubahan mendasar strategi Jepang di Pasifik. Tidak ada gerak maju lagi menaklukan wilayah, yang dapat dilaksanakan adalah memperkuat wilayah taklukan.

    Sementara itu Sekutu sedang terlibat pembahasan mengenai tujuan selanjutnya. Kesuksesan di kedua tempat tersebut memberi peluang untuk menekan perang untuk mengalahkan Jepang, bukan sekedar mematahkan kepungan terhadap Australia-Selandia Baru. Sekutu menilai bahwa tiba waktunya dapat melaksanakan serbuan besar terhadap Jepang tanpa perlu lebih dulu mengalahkan Jerman.

    Ada 2 pendapat untuk mengalahkan Jepang. MacArthur berpendapat bahwa hal itu dapat dicapai dengan melalui Filipina. Jika Filipina direbut, hubungan Jepang dengan Hindia Belanda terputus. Filipina dapat menjadi pangkalan untuk membom wilayah asli Jepang. Memblokade dan membom Jepang dapat memaksa untuk menyerah.

    Nimitz berpendapat bahwa Jepang lebih mudah diserang dari sisi timur, hal tersebut berarti gerak maju Sekutu melintasi Pasifik Tengah. Gerakan tersebut tidak mencakup Filipina tapi Formosa, atau jika Filipina perlu direbut akan lebih mudah dari timur, bukan barat daya Pasifik.

    Untuk mencapai titik temu, gabungan kepala staf AS memilih gerakan rangkap. MacArthur bergerak dari barat daya dan Nimitz dari timur. Tujuan resminya adalah “supaya Jepang tidak tahu kapan dan di mana sasaran Sekutu berikutnya”. Secara samar dinyatakan bahwa gerakan rangkap tersebut “ke arah Filipina”. Ketetapan menyerbu atau melangkaui Filipina masih ditunda. Kelak akan terjadi perlombaan atau persaingan diam-diam untuk mencapai tujuan akhir: Tokyo!

    Usaha Jepang untuk memperkuat wilayah taklukan sempat mendapat bencana. Pada bulan Maret 1943 sekelompok armada Jepang mengirim bantuan dari Rabaul menuju Semenanjung Huon di Irian Timur. MacArthur mengirim pesawat dan kapal untuk mencegat konvoi tersebut. Pencegatan terjadi di Laut Bismarck dan pertempuran tak terhindarkan pada 3-4 Maret. Hasilnya, sebagian besar bantuan tersebut dihancurkan dan hanya sedikit yang menjangkau Irian.

    Yamamoto membalas dengan serangan udara terhadap Guadalcanal dan Teluk Milne. Teluk Milne adalah pangkalan Sekutu di ujung ekor Irian. Tetapi karena pemberitahuan spion Sekutu yang begitu tersebar di Solomon, hasil serangan tersebut kurang banyak. Kelak Yamamoto tewas karena pencegatan oleh pesawat Sekutu pada bulan April 1943, hal tersebut tidak terlepas dari sukses Sekutu membaca pesan rahasia Jepang.

    Pada 30 Juni Sekutu bergerak lagi, pulau berikutnya adalah New Georgia. Penyerbuan ke pulau tersebut adalah bagian dari gerakan besar-besaran menguasai Kepulauan Solomon untuk merebut atau mengepung Rabaul dengan nama sandi Operasi “Cartwheel”. Gerakan tersebut merupakan kerja sama MacArthur-Nimitz: pasukan MacArthur bertugas merebut Semenanjung Huon dan menyeberang ke New Britain dan pasukan Nimitz – dipimpin Laksamana Madya William Halsey – menyerbu beberapa pulau di Kepulauan Solomon antara Guadalcanal dengan New Britain.

    Sekutu menghadapi masalah: wilayah taklukan Jepang begitu luas, merebut tempat satu per satu – istilahnya “island hopping” (lompat pulau) – jelas perlu pengorbanan besar. Perang akan berlangsung lama. Merebut New Georgia misalnya, perlu waktu sekitar 1 bulan pertempuran sengit.

    Kemudian muncul ide, bagaimana kalau melangkaui beberapa tempat yang masih dikuasai Jepang untuk merebut tempat yang paling lemah pertahanannya? Dengan demikian pertahanan yang dilangkaui akan terpencil atau terkepung dan lemah dengan sendirinya?

    Usul melangkaui pulau tersebut menjadi pilihan, istilah untuk siasat tersebut adalah “leapfrog” (lompat katak). Dan kelak terbukti bahwa siasat tersebut mempersingkat dan tentu memperhemat perang.

    Gerak maju sejak 30 Juni berlangsung hingga April 1944 melalui beberapa pertempuran sengit. Pada bulan April Halsey telah mencapai Pulau Bougainville dan sejak Desember 1943 MacArthur mencapai ujung New Georgia yaitu Tanjung Gloucester. Dengan demikian pesawat Sekutu menjangkau Rabaul. Dengan blokade laut dan udara pertahanan tersebut menjadi lemah. Walaupun terdapat sekitar 100.000 orang Jepang di Rabaul, mereka terkurung.

    Pada tahap itu Sekutu menetapkan bahwa Rabaul tak perlu direbut, pangkalan tersebut tidak lagi menjadi ancaman untuk Australia-Selandia Baru.
    Gerak maju Sekutu melintasi Pasifik Tengah dimulai pada 20 November 1943. Sasaran pertama adalah Kepulauan Gilbert, jajahan Inggris yang direbut tak lama setelah peristiwa di Pearl Harbor. Di wilayah itu terdapat pangkalan Jepang di Tarawa. Pertempuran dahsyat terjadi sekitar 72 jam dengan korban tewas sekitar 4700 orang Jepang – termasuk panglima garnisun Laksamana Madya Keiji Shibasaki – dan sekitar 1200 orang Sekutu. Pertempuran tersebut menggemparkan Sekutu. Nimitz mendapat hujan protes dari rakyat AS. Penyerbuan tersebut dinilai berdasarkan persiapan yang kurang cermat. Kubu pertahanan Jepang begitu kuat dan tersamar. Gempuran dahsyat Sekutu bagai kiamat hanya berakibat sedikit kerusakan pada pertahanan Jepang. Kelak Sekutu berusaha mengambil pelajaran sebanyak mungkin dari kasus Tarawa dalam gerak maju melintasi Pasifik Tengah.

    Tujuan berikut setelah Gilbert adalah Kepulauan Marshall, wilayah jajahan Jerman yang dikuasai Jepang berdasar mandat Liga Bangsa Bangsa setelah Perang Dunia-1. Merebut beberapa pulau tersebut perlu waktu lebih lama tapi korban lebih kecil dibanding dengan merebut Tarawa. Sekutu mencoba tidak mengulang kesalahan di Tarawa, persiapan menyerbu Marshall jauh lebih cermat. Beberapa pulau yang masih dikuasai Jepang cukup dipencilkan saja.

    Sebelum menyerbu Marshall, pangkalan kuat Truk di Kepulauan Carolina dilumpuhkan dulu dengan serangan besar dari udara pada 17-18 Februari 1944. Serangan tersebut menghancurkan sekitar 200 pesawat dan menenggelamkan sekitar 30-40 kapal. Truk begitu penting bagi strategi luas Jepang di Pasifik sehingga Laksamana Mineichi Koga – pengganti Yamamoto – memerintahkan sejumlah kekuatan untuk melindunginya dengan membiarkan pertahanan di Irian digempur oleh MacArthur.

    Usaha MacArthur menghalau pasukan Jepang di Semenanjung Huon praktis selesai pada Januari 1944. Letnan Jenderal Hatazo Adachi – lawan utama MacArthur di Irian – mundur lebih ke barat. Di sepanjang pesisir Irian dan beberapa pulau sekitarnya terdapat beberapa pangkalan Jepang semisal Madang, Wewak, Aitape, Hollandia (kini Jayapura), Wakde, Biak dan Manokwari. Sesuai siasat lompat katak, MacArthur tidak merebut setiap jengkal tanah Irian tetapi merebut tempat yang dianggap paling lemah pertahanannya atau paling penting semisal Hollandia dan Biak. Merebut beberapa tempat di pesisir utara Irian dan beberapa pulau sekitarnya berlangsung dari Januari hingga Agustus 1944. Citra MacArthur sebagai ahli siasat meloncat tinggi dan mengundang pujian antara lain dari orang yang sangat membencinya yaitu Laksamana Ernest J. King, panglima operasi angkatan laut. Berarti dia atasan Nimitz. MacArthur sukses melaksanakan Perang Pasifik hingga akhir dengan korban relatif lebih kecil.

    Pasukan Sekutu pimpinan MacArthur terutama terdiri dari AS dan Australia. Pasukan Australia dipimpin oleh Jenderal Sir Thomas Blamey. Selain itu pasukan Belanda juga ada. Dalam pasukan Belanda tersebut terdapat beberapa orang yang kelak terlibat sengketa Belanda-Indonesia dalam Revolusi 1945 antara lain Simon H. Spoor. Kelak Spoor menjadi panglima Belanda di Indonesia dengan pangkat letnan jenderal.

    Setelah Hollandia direbut pada April 1944, segera aparat Belanda bermarkas di situ karena sebelum Perang Pasifik Hollandia adalah ibukota Irian Barat, bagian dari Hindia Belanda. MacArthur berunding dengan Van Mook – kelak letnan gubernur jenderal dalam sengketa Belanda-Indonesia selama Revolusi 1945 juga – mengenai masa depan Hindia Belanda, peluang yang tentu dimanfaatkan oleh Belanda. Belanda berharap Sekutu merebut Hindia Belanda dan hal itu akan memulihkan kolonialisme Belanda di wilayah tersebut.

    Mengenai beberapa pangkalan Jepang yang dilangkaui, MacArthur memberi tugas kepada Blamey untuk membersihkannya. Tugas tersebut berlangsung hingga perang usai.

    Walaupun Blamey patuh, ada sedikit rasa jengkel karena dia berharap Australia mendapat peran besar di Filipina. Australia – dan juga Belanda – “hanya” kebagian tugas merebut Kalimantan Timur. Tugas yang praktis hanya memberi “sedikit kesibukan”, nilai strategisnya tidak terlalu penting.

    Sebelum kita meneruskan kisah duet kurang harmonis MacArthur-Nimitz, penulis ingin mengajak pembaca pada kisah tempat lain yang mungkin paling kurang dipedulikan oleh ahli strategi Sekutu. Tempat yang dimaksud adalah Arena CBI, dengan Birma sebagai “kunci”.

    Sesungguhnya Birma tidak berbatas dengan Samudera Pasifik tetapi Samudera Hindia, mungkin muncul pertanyaan kenapa perang di Birma termasuk dalam Perang Pasifik?

    Hal tersebut dapat dijawab dengan nilai penting Birma bagi Cina. Sekutu perlu Birma untuk mengirim bantuan ke Cina supaya sanggup melawan Jepang. Perlawanan Cina penting bagi Pasifik karena Sekutu ingin pasukan Jepang “terikat” di Cina dan tak dikirim ke Pasifik.

    Arena ini dinilai paling kurang dipedulikan karena Sekutu memberi fokus pertama melawan Jerman, melawan Jepang adalah fokus kedua. Dalam perang melawan Jepang, Pasifik diutamakan dibanding CBI. Pasukan Sekutu di CBI boleh dibilang lebih mengalami kekurangan dibanding di Pasifik, dan tentu saja jika dibanding pasukan Sekutu yang melawan Jerman.

    Arena CBI juga menyajikan kisah keruwetan dalam hal susunan organisasi dan hal tersebut menunda serbuan balik merebut Birma. Cina dinilai penting bagi Sekutu walau Chiang terkesan tidak serius melawan Jepang, menumpas komunis adalah tujuan pokok. Dia menganut doktrin kuno bahwa menentramkan dalam negeri harus dilaksanakan sebelum melawan fihak asing. Bantuan Sekutu lebih banyak disimpan untuk melawan komunis, akibatnya melawan Jepang kurang ampuh. Koordinasi komando yang terbagi di Delhi dan Chungking sangat sulit karena antara AS, Inggris dan Cina memiliki tujuan berbeda. AS ingin merebut Birma untuk Cina, Cina lebih serius melawan komunis dari pada Jepang dan Inggris lebih suka merebut Singapura untuk memulihkan martabat Inggris.

    Yang sangat menderita akibat keruwetan tersebut mungkin adalah Stilwell. Sejak tahun 1943 dia mendapat jabatan rangkap yaitu wakil panglima Komando Wilayah Asia Tenggara dan kepala staf Chiang. Mendampingi Chiang saja sudah sulit, Stilwell harus menata ulang tentara Cina, mengawasi pengiriman bantuan ke Cina – yang sering lenyap dalam jaringan korupsi, kolusi dan nepotisme rezim Chiang – dan memimpin pasukan Cina berperang. Mendampingi Chiang perlu kesabaran luar biasa dan Stilwell tak memiliki sifat itu. Dia tipe orang lapangan, bukan tipe kantoran. Lebih suka di medan perang dari pada di markas besar.

    Pada Februari 1943 Sekutu menguji kekuatan Jepang di Birma dengan menyusupkan pasukan sekitar 3000 orang dipimpin oleh Charles O. Wingate dari Inggris. Pasukan tersebut dikenal dengan nama “Chindit”. Selama beberapa bulan Chindit bergerilya di Birma. Hasilnya secara umum mengesankan Sekutu. Churchill menilai taktik Wingate dapat memuaskan AS dengan harga hemat.

    AS memang terkesan, Jenderal George C. Marshall berjanji membantu Wingate.

    Setelah berbenah diri, pasukan Cina yang dilatih di India oleh AS – dikenal dengan “Pasukan X” – masuk Birma pada Oktober 1943. Tujuannya merebut utara Birma untuk membuka jalur darat India-Cina. Kelak pasukan tersebut bertemu dengan pasukan Cina yang masuk Birma dari Cina – dikenal dengan “Pasukan Y” – di suatu tempat sekitar Myitkyina, kota yang memiliki pangkalan udara.

    Pasukan British Commonwealth masuk Arakan, wilayah pesisir Birma. Setelah sukses menghalau pasukan Jepang dari Imphal-Kohima di India pada Juli 1944, pasukan Commonwealth mendesak menuju Mandalay di bagian tengah Birma. Kedua pasukan tersebut dipimpin oleh William J. Slim. Adapun Wingate bertugas membantu Stilwell.

    Perjalanan menuju Myitkyina mendapat perlawanan gigih pasukan Jepang pimpinan Letnan Jenderal Shinichi Tanaka dan usaha merebut kota tersebut mendapat perlawanan gigih pula dari Mayor Jenderal Mizukami. Myitkyina dapat direbut sepenuhnya pada 1 Agustus 1944. Tapi pertemuan antara Pasukan X dengan Pasukan Y baru terlaksana pada Januari 1945, setelah Stilwell ditarik pulang akibat hubungan yang makin tidak harmonis dengan Chiang.

    Jepang agaknya ingin membuktikan bahwa di Asia masih mampu menang walau kalah di Pasifik. Pada 8 Maret 1944 Letnan Jenderal Kotuku Sato menyerbu India dan pada April Jenderal Shunroku Hata merebut beberapa pangkalan Sekutu di Cina Timur. Nyaris pangkalan terpenting Sekutu yaitu Kunming di Cina dan Ledo di India direbut.

    Pasukan Sekutu merebut Mandalay pada bulan Maret 1945 dan Rangoon pada Mei 1945. Ketika Jepang sibuk dengan gerak maju Sekutu, tibalah waktu yang ditunggu oleh Aung San untuk berontak terbuka melawan Jepang dengan tentaranya yang berganti nama dengan “Tentara Nasional Birma”, waktu yang dipilih adalah 27 Maret 1945. Setelah Rangoon jatuh, Slim bertemu dengan Aung San. Slim – dan juga Mountbatten – terkesan dengan Aung San.

    Di Cina, serbuan pasukan Jepang tersebut di atas memaksa AS berusaha menyatukan komunis dan nasionalis menjadi front terpadu dalam politik dan militer. Usaha tersebut sempat memberi harapan sukses karena serbuan Jepang tersebut nyaris merebut Kunming, yang berarti dapat mengakhiri perlawanan Cina.
    Pada bulan Januari 1945 nyatalah bahwa gerak maju Jepang mulai kehabisan tenaga dan hal tersebut membuat Chiang tidak memandang perlu bersatu dengan komunis. Agaknya dia menilai bahwa komunis adalah musuh yang harus ditumpas tuntas. Sedangkan AS – minimal beberapa waktu – lebih suka komunis terserap dalam rezim nasionalis. Singkat cerita, koalisi nasionalis-komunis yang diprakarsai AS gagal terwujud. Hingga akhir perang, praktis kedua fihak berperang sendiri-sendiri.

    Perang di Cina mendapat peserta baru yaitu US. Pada 8 Agustus 1945 US menyatakan perang dengan Jepang. Licik, karena pada saat itu Jepang sudah sekarat. Stalin membiarkan AS, British Commonwealth dan Cina melaksanakan semua pertempuran dan dia hanya memungut hasilnya. Karena itu ketika pasukan US masuk Manchuria, pasukan Jepang memberi perlawanan relatif ringan karena garnisun di Manchuria banyak yang dikirim ke tempat lain. Dia ingin memulihkan martabat Rusia yang pernah kalah dan terusir dari Manchuria dalam Perang Rusia-Jepang.

    Kembali ke Pasifik, pada bulan Juni 1944 pasukan Sekutu menyerbu Kepulauan Mariana. Ada 3 pulau yang dipilih yaitu Saipan, Tinian dan Guam. Pertempuran besar merebut pulau-pulau tersebut berlangsung hingga akhir Juli dan disambung pertempuran kecil dalam rangka pembersihan selama beberapa bulan. Usaha armada Jepang untuk mencegat armada Sekutu mengobarkan “Pertempuran Laut Filipina” pada 19-20 Juni yang berakhir dengan kemenangan Sekutu.

    Perebutan wilayah tersebut berdampak hingga Tokyo yang berjarak sekitar 2000 km. Jarak tersebut dapat ditempuh pesawat pembom yang paling besar saat itu yaitu B-29. Dengan demikian Jepang makin rentan terhadap serangan udara karena jika jarak makin dekat maka pembom dapat memuat bom lebih banyak dan pemakaian bahan bakar lebih hemat. Sebelum Mariana jatuh, B-29 berpangkalan di Cina dan India. Jarak terdekat dengan Jepang adalah Chengtu, jarak yang jelas lebih jauh ke Jepang dibanding dari Mariana.

    Kehadiran B-29 di Cina juga kurang disukai panglima udara “Harimau Terbang” yaitu Mayor Jenderal Claire Chennault karena menguras banyak sumber daya yang sangat diperlukan. Secara berangsur pesawat tersebut dipindah ke Pasifik.

    Makna Mariana jatuh disadari oleh beberapa tokoh Jepang, mereka merekayasa supaya Kabinet Hideki Tojo jatuh. Usaha tersebut sukses, Tojo diganti Koiso. Tapi ternyata perang masih berlanjut, mengusulkan perdamaian kepada Sekutu cuma sebatas wacana.

    Pada 20 Agustus 1944 markas besar MacArthur menyatakan bahwa kegiatan militer secara resmi berakhir di Irian. Untuk mengamankan sisi barat saat menyerbu Filipina, MacArthur melaksanakan operasi selingan ke Morotai di utara Kepulauan Maluku pada 15 September. Pasukan Jepang – termasuk Heiho dari Indonesia – melawan dengan gigih hingga pulau tersebut jatuh.

    Mungkin karena kebetulan, pada tanggal itu Nimitz menyerbu Kepulauan Palau. Pertempuran dahsyat berkobar hingga November dengan korban tewas sekitar 10.000 orang Jepang dan sekitar 1500 orang Sekutu. Palau dan Maluku dekat dengan Filipina. Janji kembali ke Filipina makin dekat kenyataan, kepala staf gabungan AS menerima rencana MacArthur. Duet kurang harmonis Nimitz-MacArthur dapat diredakan: Nimitz membantu MacArthur menyerbu Filipina dan MacArthur membantu Nimitz menyerbu Iwojima dan Okinawa.

    Janji tersebut menjadi kenyataan pada 20 Oktober 1944. Dengan dukungan armada Nimitz, pasukan MacArthur menyerbu Leyte di Filipina Tengah. Mulailah pertempuran dahsyat merebut negeri tersebut hingga perang usai. Siasat lompat katak tidak dilaksanakan, MacArthur bertekad merebut semua pulau. Berbuat kurang dari itu dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Filipina. Lawan MacArthur di Filipina adalah Yamashita “Si Harimau Malaya”, karena dialah yang sukses menyerbu Malaya dan memaksa Sekutu menyerah di Singapura. Pulau Luzon diserbu pada 9 Januari 1945 dan kota Manila jatuh pada 3 Maret.

    Korban pertempuran di Manila begitu mengerikan. Sekitar 80% kota hancur dan sekitar 100.000 warga tewas. Jepang kehilangan sekitar 16.000 orang dan Sekutu sekitar 1000 orang.

    Usaha merebut Filipina juga membuahkan pertempuran laut yang dahsyat yaitu “Pertempuran Teluk Leyte” pada 23-25 Oktober 1944. Peristiwa tersebut berlatar belakang usaha Jepang mencegah pendaratan Sekutu di Pulau Leyte. Armada Jepang nyaris lenyap dalam pertempuran ini.

    Sementara pertempuran di Filipina sedang berlangsung, Nimitz menyerbu Iwojima pada 19 Februari 1945 dan Okinawa pada 1 April, dengan perbekalan antara lain dari MacArthur di Filipina. Kedua pulau tersebut adalah wilayah “asli” Jepang. Pertempuran besar di Iwojima berlangsung sekitar sebulan dengan korban tewas sekitar 21.000 orang Jepang dan sekitar 7.000 orang Sekutu. Adapun di Okinawa, pertempuran besar terjadi sekitar 2,5 bulan dengan korban tewas sekitar 110.000 orang Jepang dan sekitar 12.000 orang Sekutu. Setelah itu, masih ada pertempuran kecil dengan sisa-sisa tentara Jepang yang pantang menyerah.

    Dalam usaha untuk meringankan beban garnisun di Okinawa, panglima laut Jepang memancing fokus Sekutu dengan umpan kapal perang megah “Yamato” dan beberapa jenis kapal lain. Satuan tersebut bermaksud melawan satuan laut Sekutu yang berfungsi sebagai bantuan bagi pasukan yang bertempur di darat. Drama tersebut berakhir dengan lumpuhnya “Yamato” akibat serangan sengit beberapa pesawat Sekutu. Kapal tersebut meledak hebat.

    Gerak maju Sekutu di Filipina, Iwojima dan Okinawa menampilkan “senjata maut” Jepang yaitu kesatuan penerbang bunuh diri yang lazim disebut “Kamikaze”. Kesatuan tersebut beranggota para pemuda yang nekad dan dilatih singkat untuk menubrukkan pesawat sendiri ke pesawat dan kapal Sekutu. Cara tersebut lebih ampuh dan hemat dibanding bertarung di udara melawan penerbang Sekutu yang berpengalaman. Dasar pemikirannya adalah Jepang hanya mengorbankan 1 pilot kurang terlatih dan 1 pesawat dan Sekutu dipaksa untuk kehilangan kapal dan pesawat mahal serta manusia yang terlatih. Tujuan tersebut sukses, beberapa pesawat dan kapal Sekutu jatuh, rusak atau tenggelam serta banyak orang yang tewas, luka dan hilang. Namun usaha nekad tersebut tak dapat membendung langkah kemenangan Sekutu.

    Sekutu menyusun rencana menyerbu pulau-pulau besar Jepang untuk bulan November 1945 dengan nama “Operasi Olympic” dan “Operasi Coronet”. Diperkirakan bahwa akan terjadi pertempuran maha dahsyat hingga tahun 1946. Hal tersebut sungguh mengerikan, mungkin jutaan lagi akan tewas. Harus cari cara lain untuk memaksa Jepang menyerah.

    Pada 7 Mei 1945 Jerman menyerah, perang di Eropa berakhir. Dengan demikian fokus tunggal terarah pada Jepang. Sekutu mengadakan konferensi di Potsdam dari 17 Juli hingga 2 Agustus. Hadir Roosevelt, Churchill dan Stalin. Hasilnya antara lain adalah US ikut perang melawan Jepang, MacArthur menjadi panglima tertinggi Sekutu untuk menyerbu Jepang yang sedang dalam proses pematangan rencana, Hindia Belanda di bawah wewenang Mountbatten, pembagian Korea dan Indocina untuk pembagian wewenang pendudukan, pendudukan Jepang dan wilayah taklukan guna pelucutan senjata dan demobilisasi tentara Jepang, mengurus tawanan dan mengusut kejahatan perang.

    Konferensi tersebut menuntut Jepang menyerah tanpa syarat, suatu hal yang ditolak terutama militer. Militer ketika itu bersiap-siap menghadapi kemungkinan serbuan Sekutu. Mereka bertekad memaksa Sekutu terlibat perang berkepanjangan. Lagi pula wilayah taklukan Jepang masih cukup luas.

    Sementara itu pada Juli 1945 AS sukses melaksanakan percobaan bom atom dan Presiden Harry S. Truman berniat menggunakannya. Truman tidak menyangkal jika korban akibat bom atom tersebut sangat banyak. Tetapi jumlah korban akan lebih kecil jika dibandingkan dengan menyerbu Jepang. Pertimbangan lain adalah Jepang tidak akan “kehilangan muka” jika menyerah karena senjata tersebut mengingat tidak memilikinya. Kecemasan jika Jepang jatuh kepada US dan menjadikannya negara komunis di masa depan juga menjadi pertimbangan. Jepang harus menyerah kepada AS dan bukan kepada US.

    Singkat cerita, bom atom dijatuhkan ke Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus.

    Pada tahap ini militer Jepang masih belum berniat menyerah sehingga nasib Jepang ditetapkan oleh seorang sipil yaitu Kaisar Hirohito sendiri, walaupun dalam konstitusi Jepang dia tidak berwenang menetapkan.

    Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, perintah berhenti menembak disebar luaskan. Hasilnya ampuh, memang prajurit Jepang berperang demi kaisar dan kini menyerah demi mematuhi kaisar. Sipil dan militer mencoba bersikap tenang.

    MacArthur datang ke Jepang Agustus itu juga dan memimpin pendudukan Sekutu di Jepang berdasar wewenang yang didapat dari kesepakatan anggota Sekutu terutama Konferensi Potsdam. Sebab kemenangan Sekutu dalam Perang Pasifik sebagian besar adalah usaha AS, karena itu negara tersebut mendapat peran paling besar dalam pendudukan di Jepang.

    Upacara penyerahan resmi Jepang kepada Sekutu dilaksanakan di Teluk Tokyo pada 2 September 1945, upacara yang mengakhiri Perang Pasifik dan berarti mengakhiri Perang Dunia-2 yang bermula pada 1 September 1939. Perang Dunia-2 bermula di Eropa dan berakhir di Asia genap berlangsung 6 tahun dengan korban sekitar 50.000.000 orang tewas.

    PENUTUP

    Perang Dunia-2 usai. Banyak yang berubah karena perang tersebut, yang pasti sebagian wajah dunia menjadi puing. Segala kerusakan harus dibangun kembali.

    Di Asia-Pasifik, pemulihan sesudah perang harus dimulai dengan pendudukan di Jepang dan wilayah bekas taklukan Jepang. Berdasar konferensi anggota Sekutu, AS dan Inggris adalah pemeran utama dalam hal ini. Peran pembantu adalah US dan Cina.

    Namun sejak awal optimisme akan masa depan yang lebih baik – khususnya perdamaian abadi – mendapat tantangan. US – dengan berbagai sikap di Eropa dan Asia – telah membuang kerja sama masa perang dan mengejar kepentingan diri sendiri. Di Cina, pertarungan nasionalis-komunis berkobar kembali dan pembagian Korea yang sesungguhnya hanya sementara menjadi berkepanjangan.

    Di bagian lain, muncul pemberontakan pribumi melawan imperialis Barat. Belanda, Inggris dan Perancis berharap dapat kembali ke wilayah bekas jajahannya. Semangat dari propaganda Jepang “Asia untuk orang Asia” justru berkobar setelah Jepang kalah.

    Kaum imperialis agaknya tidak memahami semangat tersebut. Walaupun Jepang telah bersikap kejam terhadap sesama Timur dan Barat telah memperkenalkan modernisasi, rakyat Timur tetap benci kepada arogansi imperialis Barat: menganggap hina bangsa lain dan tidak mengakui hak pribumi mendapat kemerdekaan atau menentukan nasib sendiri. Keberanian Jepang menghadapi dan sempat mengalahkan Barat menimbulkan kekaguman yang pada giliran membangkitkan rasa percaya diri Timur.

    Demikianlah, pada pertengahan tahun 1945 rakyat pribumi menuntut hak: rasa nasionalisme yang kuat memaksa Inggris melepas Birma, India, Sri Langka dan Malaya. Indonesia dicabik-cabik oleh pertentangan sesama Indonesia sekaligus perang dengan Belanda. Di Indocina kaum nasionalis dengan gigih membendung ambisi Perancis berkuasa kembali. Adapun AS bersiap-siap melepas Filipina dengan rela.

    Tujuan perang Sekutu tercantum dalam “Atlantic Charter” 14 Agustus 1941, hasil pertemuan antara Roosevelt dengan Churchill. Intinya adalah hak rakyat jajahan mendapat kemerdekaan. Roosevelt menilai bahwa “kekuatan yang menuju pada pemerintahan sendiri sedang bangkit di Asia. AS sebagai negara demokrasi terbesar tidak boleh menghambat tapi harus bertindak searah dengannya”. Tetapi tujuan tersebut “diselimuti” keprihatinan perang lain yaitu apa yang disebut “Perang Dingin” antara blok AS dan blok US. Arena utamanya adalah Eropa: AS dan US bersaing sengit berebut pengaruh.

    AS agaknya terpaksa mengendurkan keteguhannya terhadap prinsip itu, jika gerakan kemerdekaan membahayakan ketahanan atau minimal mengusik kepentingan Eropa – terutama ekonomi – sehingga Eropa rentan terhadap pengaruh komunis, biasanya sikap AS jelas: memihak Eropa atau bersikap tidak membantu gerakan kemerdekaan. Kasus demikian sempat menimpa Indonesia. Di Indocina, AS jelas membantu Perancis menumpas gerakan kemerdekaan karena gerakan tersebut berfaham komunis yaitu Vietminh.

    Di Jepang, pendudukan Sekutu relatif lunak. AS bertekad mengubah Jepang dari musuh yang dikalahkan menjadi rekan yang berpengaruh. MacArthur tidak menuntut pengadilan terhadap Hirohito sebagai penjahat perang. Hirohito sesungguhnya tidak menyukai perang, tetapi tidak kuasa menghambat ambisi kaum chauvinis terutama dari militer meraih kekuasaan dan menggelar penaklukan. Kaum chauvinis dengan cerdik berlindung dibalik status ketuhanan kaisar dalam meraih tujuan. Beberapa orang dari mereka – antara lain Hideki Tojo – diajukan ke pengadilan dengan tuduhan melaksanakan kejahatan perang dan dihukum mati. Ada juga yang dihukum penjara sekian lama.

    MacArthur berusaha menghapus militerisme dari segala bidang kehidupan di Jepang dan membawa Jepang kepada konsep “civil society”. Konstitusi Jepang yang baru mengharamkan penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan masalah internasional. Angkatan bersenjata dibatasi hanya untuk pertahanan dalam negeri.

    Konstitusi baru tersebut juga melepas status ketuhanan kaisar, menempatkan kaisar hanya sebagai lambang dan agama Shinto bukan lagi agama resmi Jepang. Dengan demikian agama tersebut tidak mendapat bantuan pemerintah serta sederajat dengan agama lain.

    Kesetaraan gender juga mendapat perhatian, norma patriarkal sangat ketat di Jepang. Lelaki mendapat begitu banyak hak dibanding perempuan. Perubahan yang diajukan adalah menempatkan lelaki dan perempuan sederajat semisal perempuan mendapat hak waris dengan jumlah sama dengan lelaki.

    Untuk mencegah pemberontakan dan pengaruh komunis meluas akibat kehidupan sulit pasca perang, AS mengirim bantuan ekonomi mirip dengan “Marshall Plan” di Eropa. Marshall Plan adalah program pemulihan Eropa pasca perang terutama untuk membendung pengaruh komunis di benua itu.

    Pendudukan Sekutu resmi berakhir pada April 1952, tetapi AS masih memiliki pangkalan di negeri itu dan US (kini Republik Rusia) masih menguasai Kepulauan Kurile. Kurile hingga kini masih menjadi gangguan hubungan Rusia-Jepang.

    Berdasar Konferensi Potsdam, Sekutu membagi Korea menjadi 2 wilayah pendudukan berdasar “Garis Lintang 38°”. Pasukan US sekitar 120.000 orang dipimpin Kolonel Jenderal Ivan Chistyakov menduduki wilayah utara garis dan pasukan AS sekitar 50.000 orang dipimpin oleh Letnan Jenderal John R. Hodge menduduki belahan selatannya. Pasukan Jepang di Korea didemobilisasi dan dilucuti. Pasukan AS memulangkan mereka berangsur-angsur dan pasukan US mengasingkan mereka ke Siberia. Banyak yang tewas dan hilang di sana.

    Untuk memepersiapkan Korea menuju pemerintahan sendiri, Sekutu mencoba membentuk pemerintahan sementara di bawah perwalian 4 anggota Sekutu yaitu AS, US, Cina dan Inggris. Tetapi niat tersebut terbentur masalah sumber daya manusia. Pendudukan Jepang yang demikian lama menempatkan rakyat Korea menjadi terbelakang. Sulit mencari orang Korea yang memenuhi syarat. Karena itu agaknya tak ada pilihan kecuali mengajak orang Korea di pengasingan, antara lain Syngman Rhee.

    Pada Oktober 1945 Syngman Rhee kembali ke Korea setelah mengasingkan diri ke AS beberapa lama. Dia mencoba menghimpun rakyat Korea untuk merdeka dan bersatu. Usahanya gagal, Korea memang merdeka tapi terbagi. US membentuk rezim tandingan dengan pimpinan Kim Il-sung. Garis Lintang 38° menjadi garis permusuhan antara 2 superpower: penuh dengan tentara, jebakan, lubang perlindungan dan sarang senapan.

    Karena sulit menyatukan kembali, AS menyerahkan masalah tersebut kepada Perserikatan Bangsa Bangsa. PBB kemudian mempersiapkan pemerintahan sendiri di selatan garis. Pada 15 Agustus 1948 Republik Korea atau Korea Selatan lahir dan Syngman Rhee menjadi presiden pertama.

    US bereaksi dengan membentuk “Republik Demokrasi Rakyat Korea” atau Korea Utara pada September 1948 dengan memilih Kim Il-sung sebagai pemimpin. Di bidang militer, Korea Utara jauh lebih siap dibanding tetangganya. US melatih dan mempersenjatai pribumi – awalnya dengan perlengkapan bekas Jepang. Ketika pasukan US meninggalkan Korea, pasukan Korea Utara siap menggantikannya.

    Pasukan AS juga meninggalkan Korea Selatan, segera nyata bahwa kekuatan 2 Korea tersebut tak seimbang. Hal tersebut mungkin tak terlepas dengan kebijakan pertahanan AS untuk Asia-Pasifik. Korea Selatan tak termasuk dalam lingkar pertahanan AS, tetapi harus mampu mempertahankan diri sendiri – dengan bantuan PBB. Syngman Rhee berulang kali meminta AS jaminan akan mempertahankan Korea Selatan, dia sadar bahwa militernya lemah.

    Kecemasan akan diserbu tetangganya menjadi nyata pada 25 Juni 1950. Pasukan Korea Utara bergerak cepat melintas Garis Lintang 38°, pasukan Korea Selatan dan sisa tentara AS terpaksa mundur hingga Pusan. AS bertindak cepat mengajukan masalah tersebut kepada PBB. Singkat cerita, dukungan mayoritas anggota PBB terhadap Korea Selatan muncul. Pasukan PBB – dipimpin AS – dikirim ke Korea dan bertempur di sana.

    Garis pertahanan Pusan dapat dipertahankan, dan setelah bertempur dahsyat selama 3 tahun Korea Selatan dapat diselamatkan. Tetapi garis lintang tersebut tetap menjadi kawasan panas dan merupakan warisan berbahaya dari Perang Dunia-2. Hingga kini perjanjian perdamaian belum terlaksana, perang tersebut berhenti karena gencatan senjata.

    Di Cina, rezim Chiang Kai-shek telah banyak terkuras akibat Perang Dunia-2 dan cekcok yang kadang muncul dengan Mao Tse-tung. Perpecahan dan peperangan telah berakibat Cina seakan mundur sekian tahun.

    Untuk membangun Cina menjadi kuat dan dekat, AS melanjutkan bantuan terutama militer. Pasukan AS melaksanakan tugas pendudukan bersama dengan pasukan US. Sekitar 1000 orang tentara AS yang hadir sejak Perang Pasifik untuk melatih pasukan Cina diperpanjang waktu kehadirannya, mereka dipimpin Jenderal Albert C. Wedemeyer. Pasukan US dipimpin oleh Marsekal Rodion Malinovsky hadir sejak 8 Agustus 1945 dengan menyerbu Manchuria yang waktu itu masih dikuasai Jepang. Setelah wilayah tersebut direbut, US memanfaatkan peluang itu dengan mengeruk nyaris tanpa sisa industri yang telah dibangun Jepang di Manchuria. Chiang memprotes hal tersebut dan menyebut sebagai “Penjarahan Manchuria”.

    Segera AS membantu mengirim pasukan Chiang ke beberapa tempat untuk mencegah perluasan wilayah oleh komunis antara lain Syanghai dan Nanking. Sementara itu pasukan komunis menuju Manchuria dan merekrut anggota baru – dengan dukungan US.

    Walaupun AS memberi dukungan resmi kepada rezim Chiang, AS masih mencoba merujukkan nasionalis dengan komunis. Jenderal Marshall dikirim untuk mengusahakan perundingan, usaha tersebut gagal. Cina kembali dilanda perang saudara yang dahsyat.

    Pada awalnya pasukan nasionalis unggul, beberapa wilayah yang dikuasai komunis – termasuk markas Mao di Yenan – direbut. Mao tidak cemas, perang gerilya dan sesekali perang frontal dilaksanakan dan sungguh merepotkan Chiang. Pada tahun 1948 beberapa garnisun nasionalis tertahan di beberapa tempat.

    Chiang menambah daftar penyebab kekalahannya dengan memperlakukan warganya dengan kejam dan hal itu mengurangi simpati kepadanya. Jumlah anggota komunis makin bertambah seiring dengan pertambahan wilayah.

    AS terpaksa bersikap berat sebelah, dukungan langsung kepada Chiang pun diberikan. Dukungan tersebut gagal menahan gerak maju komunis. Syanghai, Peking dan Nanking jatuh. Chiang terpaksa pindah ke Formosa dan menyusun pemerintahan lagi, yang kita kenal dengan “Republik Cina” atau “Taiwan”.

    Pada 1 Oktober 1949 Mao memproklamirkan “Republik Rakyat Cina”. Hingga kini 2 negara tersebut masih sulit disatukan. RRC menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memberontak.

    Di India, rasa percaya diri warisan perang muncul. Ketika perang masih berkobar, Inggris terpaksa memberi kepercayaan kepada orang India untuk beberapa tugas dan hal tersebut dilaksanakan dengan baik. Orang India membuktikan bahwa mereka mampu mengatur diri sendiri, jelas mereka tak mau diperlakukan sebagai warga kelas 2 di negeri sendiri. Mereka tidak menganggap anggota INA sebagai pengkhianat. Ketika Inggris mengadili anggota INA, keributan terjadi dan panglima Inggris di India yaitu Jenderal Sir Claude Auchinlek memerintahkan pembebasan mereka.

    Pembebasan tersebut makin menggairahkan semangat kemerdekaan. Inggris mengirim utusan untuk menemui beberapa tokoh kemerdekaan antara lain Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru dan Muhammad ‘Ali Jinnah. Suasana saat itu sedang panas akibat masalah yang sedemikian lama tak terselesaikan yaitu konflik antar masyarakat terutama konflik Muslim-Hindu.

    Agama Hindu muncul praktis bersamaan dengan kelahiran peradaban India, yaitu sekitar 3000 BC. Kata “India” sendiri berasal dari kata “Hindi” atau “Hindu”. Negeri India dikenal juga dengan sebutan “Hindustan” (Tanah Hindu).

    Agama Islam adalah agama yang relatif baru hadir di India. Awalnya dibawa pedagang Arab dan Persia kemudian disebarkan oleh beberapa kerajaan Muslim antara lain Moghul atau Mughal. Harus diakui, perbedaan kedua agama tersebut nyaris mencakup segala segi dan itu terbawa dalam sikap sehari-hari antar umatnya.

    Konflik tersebut mempengaruhi masa depan India yang akan dibentuk. Jinnah menilai bahwa kedua umat tersebut sangat sulit hidup berdampingan dengan damai – minimal pada saat itu. Karena itu kaum Muslim perlu memiliki negara tersendiri untuk melindungi hak-haknya. Negara yang dimaksud adalah “Pakistan”. Istilah tersebut adalah ciptaan mahasiswa Muslim India yang berada di Inggris sekitar tahun 1930-an, maknanya adalah “Tanah Yang Murni”.

    Gagasan tersebut pada awalnya sulit diterima oleh Inggris maupun kaum Hindu. Tetapi kerusuhan yang nyaris tiada henti – tentu dengan korban besar – memaksa mereka menerima kenyataan. Inggris – yang hampir kehabisan tenaga akibat perang – tidak mampu menahan letusan aspirasi rakyat jajahannya. Mountbatten dilantik sebagai “raja muda” (viceroy) – istilah untuk wakil mahkota Inggris di India – dan memimpin Inggris mundur dari India. Sungguh bukan pekerjaan yang enak.

    Kemerdekaan sekaligus pembagian India tak terhindarkan, demikian pula kerusuhan. Banjir pengungsi terjadi, kadang dengan 2 arah. Mereka menderita karena wabah, lapar dan tindak kriminal. Korban tewas mencapai jutaan.

    Proklamasi Pakistan dan India terjadi bersamaan, yaitu 15 Agustus 1947. Kedua negara tersebut sejak awal terlibat konflik soal Kasymir, negeri yang dipimpin maharaja beragama Hindu dengan mayoritas rakyatnya Muslim. Sesungguhnya Kasymir ingin berdiri sendiri. Ketika Pakistan mencoba menarik wilayah tersebut masuk Pakistan, maharaja terpaksa cepat-cepat memilih bergabung dengan India. Masalah Kasymir sempat mengobarkan perang Pakistan-India dan hingga kini masih mengganggu hubungan kedua negara.

    Di Indocina, Konferensi Potsdam juga membagi wilayah tersebut dengan “Garis Lintang 16°. Sebagaimana halnya di Korea, garis tersebut berfungsi untuk tugas pendudukan pasukan Sekutu tetapi kelak membagi wilayah tersebut beberapa lama. Pasukan Cina bertugas di bagian utara dan pasukan Inggris bertugas di selatan.

    Sebelum kedua pasukan tersebut tiba, Perancis – juga anggota Sekutu – mencoba memulihkan kekuasaan kolonialnya dengan mengirim regu kecil dari udara pada Agustus-September 1945. Usahanya gagal. Karena itu Perancis “membonceng” dengan Inggris. Pasukan Sekutu hadir di Indocina pada September 1945.

    Pada 2 September, Ho Chi Minh memproklamirkan “Republik Demokrasi Vietnam dengan ibu kota Hanoi. Hanoi masuk wilayah wewenang pasukan Cina.

    Kehadiran pasukan Cina memunculkan rasa campur aduk rakyat Indocina. Sebagian Indocina pernah dikuasai Cina sekitar 1.000 tahun dan menimbulkan hubungan yang buruk antara Cina dengan Indocina. Tetapi pendudukan pasukan Cina sekaligus dianggap pelindung dari imperialisme Barat yang saat itu berusaha bangkit.

    Walaupun ada pengaruh komunis pada rezim Ho, Cina bersikap netral. Mereka melaksanakan tugas pendudukan dengan cepat dan tertib. Mereka juga berwenang mengawasi perdagangan candu di wilayah yang dikenal dengan “Segitiga Emas”, wewenang tersebut dimanfaatkan pasukan Cina untuk memperkaya diri. Dengan perjanjian antara Chiang dengan Perancis, pasukan Cina terakhir pergi pada Oktober 1946.

    Di selatan, pasukan Inggris dipimpin Mayor Jenderal Douglas Gracey masuk bersama sekelompok pasukan Perancis. Perancis mengirim Georges Thierry d’Argenlieu sebagai komisaris tinggi untuk Indocina, adapun sebagai panglima perang – di bawah d’Argenlieu – adalah Jenderal Phillippe Leclerc.

    Sesungguhnya wewenang Sekutu adalah melucuti dan memulangkan orang Jepang, memulihkan kondisi tawanan, mengusut kejahatan perang dan menjaga keamanan. Tetapi pada 21 September Gracey bertindak di luar wewenang: menyatakan keadaan darurat perang di selatan garis lintang. Segera dia mempersenjatai orang Perancis dan mereka bergerak merebut beberapa tempat di Saigon serta mengusir orang Vietnam.

    Vietminh membalas pada 25 September dengan perang gerilya, mereka ganti menyerbu, menangkap, menyiksa dan membunuh warga Perancis. Inggris terpaksa menggunakan pasukan Jepang untuk memulihkan keamanan. Pasukan Jepang melaksanakan itu dengan rasa berat, mereka hanya ingin pulang. Ada juga yang membantu Vietminh, solidaritas sebagai sesama Timur.
    Kekacauan tak terhindarkan, dan pengungsian terjadi. Warga yang tak ingin hidup di bawah komunis pergi ke selatan dan warga yang tak ingin di bawah kolonial Perancis pergi ke utara. Pada awal 1946 – ketika pasukan Inggris pergi – jelas bahwa Vietminh unggul di utara dan Perancis unggul di selatan.

    Ho belum merasa perlu melaksanakan perang, demikian pula Perancis. Mereka mencoba menyesuaikan keinginan sendiri-sendiri dalam perundingan. Hasilnya memberi harapan, Vietnam untuk sementara menjadi negara merdeka tapi berada dalam Union Perancis – mirip British Commonwealth, Perancis melatih dan melengkapi pasukan Vietnam dan penghentian perang.

    D’Argenlieu mencoba merongrong hasil perundingan Vietminh-Perancis. Tanpa wewenang dari Paris, dia mengadakan konferensi yang dihadiri dari beberapa tokoh yang konon mewakili Indocina. Dia lebih suka berperang dari pada berunding. Atasannya di Paris menginginkan hal tersebut sedapat mungkin dihindarkan – minimal sementara – untuk mendapat tempat berpijak di utara. Adapun keinginan Ho sederhana: ingin pengakuan kemerdekaan dan mulai membangun negerinya.

    Harapan Ho sirna ketika Perancis mengesahkan konstitusi yang antara lain tidak mengakui negara baru tersebut. Suasana mengarah pada perang.

    Perang berkobar kembali pada Desember 1946, pasukan Vietminh melaksanakan serangan umum ke seluruh garnisun Perancis. Berkobarlah “Perang Indocina” yang lama dan kejam, menewaskan sekitar 600.000 orang.

    Vietminh kembali memilih perang gerilya, mereka rela melepas kota-kota – termasuk ibu kota Hanoi – dan menguasai desa-desa. Siasat tersebut memaksa pasukan Perancis tertahan di kota-kota yang diberi perlindungan. Demikianlah, pada tahun 1949 – ketika perang masih jauh dari selesai – Perancis berada pada posisi bertahan.

    Untuk membendung pengaruh Vietminh, Perancis sekali lagi mencoba menghubungi Bao Dai untuk membantu. Perancis menilai bahwa dia masih dihormati karena status ningratnya. Caranya adalah memilih Bao Dai sebagai kepala negara Vietnam Selatan sebagai tandingan terhadap rezim Ho. Ketika dihubungi, Bao Dai sedang menikmati hidup mewah, seakan hidup adalah hari libur yang tiada habisnya.

    Bao Dai hadir di Saigon pada Juni 1949 setelah berunding dengan cerdik di Jenewa. Hasilnya, dia adalah menjadi presiden Vietnam Selatan. Pengakuan terhadap Vietnam Selatan datang dari AS dan Inggris, mereka juga membantu Perancis melawan Vietminh.

    Sementara itu, Vietminh semakin tangguh. Pada pertempuran dahsyat di Dhien Bien Phu tahun 1954 Perancis kalah, dan terpaksa meninggalkan Indocina setelah perundingan di Jenewa. Tapi warisannya di selatan dilindungi AS, AS menggantikan peran Perancis untuk menjaga jangan sampai seluruh Indocina dikuasai komunis.

    Komunis akhirnya menguasai seluruh bekas wilayah Indocina Perancis pada 1975 setelah melalui perang yang mengerikan.

    Di Malaya, pasukan Sekutu hadir pada September 1945. Berbagai kelompok perlawanan diminta menyerahkan senjatanya dan diikut sertakan dalam pesta kemenangan di London dan Kuala Lumpur. Mereka umumnya ikut pesta kemenangan tapi umumnya tidak menyerahkan senjata. Senjata disembunyikan di hutan.

    Pemerintah Inggris menyusun bentuk pemerintahan di Malaya berbeda dengan yang ada sebelum perang. Bentuk baru tersebut ternyata mengundang kemarahan rakyat karena menghilangkan beberapa hak yang sebelumnya dinikmati. Singapura tetap menjadi jajahan terpisah dan wilayah bekas protektorat disatukan dan diperintah langsung oleh Inggris. Sebelum perang, 9 wilayah kesultanan mendapat wewenang mengatur dalam negeri, residen Inggris hanya mendampingi sebagai penasehat. Dengan demikian rakyat hanya memberi kesetiaan kepada sultan setempat. Adapun Singapura, Penang dan Malaka diperintah oleh seorang gubernur jenderal yang bertempat di Singapura. Gubernur jenderal tersebut merangkap sebagai komisaris tinggi untuk wilayah kesultanan. Usai perang, hak tersebut ingin dihapus. Sultan tidak memiliki kekuasaan apapun, hanya sekadar “boneka”.

    Kemarahan rakyat di Malaya bergema hingga ke parlemen di Inggris, rencana tersebut mendapat tantangan keras di parlemen. Demonstrasi terjadi di se antero negeri. Inggris akhirnya mengalah, rencana tadi dibatalkan.

    Sementara itu komunis – umumnya mantan Tentara Rakyat Malaya Anti Jepang – menempuh cara lain untuk merdeka: perlawanan bersenjata. Mereka ambil lagi senjata yang disembunyikan dan mulai bertempur. Pemerintah di Kuala Lumpur berusaha memadamkannya, pemberontakan tersebut menghambat harapan para tokoh kemerdekaan non komunis untuk segera merdeka.

    Pada tahun 1952 Jenderal Sir Gerald Templar memimpin gerakan penumpasan komunis. Dengan bantuan pasukan Inggris, Malaya dan Commonwealth lain dia melaksanakan operasi anti gerilya yang disebut “cari dan hancurkan”. Pasukan tersebut mampu meronda jauh dari pangkalan dalam waktu relatif lama karena dibantu helikopter. Gerakan tersebut sukses. Ketika Templar meninggalkan Malaya tahun 1954, komunis dalam posisi terdesak walaupun masih bertahan di perbatasan Malaya-Muangthai. Malaya – termasuk Singapura – merdeka pada 31 Agustus 1957 dengan nama “Malaysia”.

    Di Filipina, kehancuran akibat perang sungguh luar biasa. Usai perang, Presiden Sergio Osmena tak punya waktu untuk berkampanye untuk menghadapi kemerdekaan yang akan diproklamirkan pada 4 Juli 1946, dan komunis mulai melaksanakan kekacauan. Ketika itu MacArthur masih memiliki wewenang mengatur Filipina dari markasnya di Tokyo. Contohnya, dalam kasus mengusut kejahatan perang Jepang di negeri itu. 2 terdakwa utama yaitu Homma dan Yamashita dipersalahkan atas terjadi kekejaman Jepang, walaupun secara pribadi keduanya tidak jahat. Yamashita tidak tahu menahu tentang kekejaman selama pertempuran di Manila dan Homma jelas memberi perintah untuk memperlakukan para tawanan secara manusiawi.

    Pengadilan menetapkan keduanya bersalah dan dijatuhi hukuman mati. MacArthur – yang berkuasa mengubah hukuman – mendukung ketetapan tersebut.

    Mengenai komunis, pada awalnya mereka adalah pasukan gerilya anti Jepang. Dipimpin oleh Luis Taruc, kelompok ini dikenal dengan nama “Hukbalahap” atau “Huk”. Mereka melanjutkan perang mereka melawan para tuan tanah. Bahkan ketika masih pendudukan Jepang, mereka lebih banyak bunuh tuan tanah dari pada orang Jepang.

    Pada 4 Juli berakhirlah Persemakmuran Filipina dan menjadi Republik Filipina. Manuel Roxas menjadi presiden.

    Bantuan AS mengalir ke negara tersebut sebagai imbalan penempatan pangkalan AS dan beberapa keistimewaan lain. Tetapi manajemen buruk, korupsi menggila. Sebagian besar bantuan tersebut lenyap dalam jaringan korupsi, kolusi dan nepotisme.

    Roxas bekerja keras memanfaatkan bantuan itu, mungkin karena itulah dia wafat. Penggantinya adalah Elpidio Quirino. Dia bukan koruptor tetapi menjadi korban permainan rekannya yang koruptor.

    Manajemen buruk berakibat kemiskinan juga menggila dan hal tersebut adalah lahan subur komunisme. Beramai-ramai warga bergabung dengan Huk.

    AS segera bertindak. Bantuan ekonomi ditambah sekaligus mengirim penasehat. Ramon Magsaysay dipilih untuk menumpas komunis. Dia benahi aparat, melaksanakan proyek yang langsung menyentuh rakyat, memberi amnesti bagi pemberontak yang menyerah, dan terus menggempur bagi yang membandel. Usahanya sukses dan dia menjadi populer. Pada 1953 dia menjadi presiden.

    Di Birma, kerusakan akibat perang juga parah. Hasrat kemerdekaan juga merupakan masalah bagi Inggris. Walaupun para tokoh di London menilai Aung San dan aktivis kemerdekaan lainnya sebagai antek Jepang, tidaklah demikian bagi 2 orang yang telah bertempur di Birma yaitu Slim dan Mountbatten.

    Kharisma Aung San memaksa kolonial Inggris untuk berunding menuju kemerdekaan. Jika hasrat merdeka tidak dipenuhi, Birma tidak ragu untuk berontak. Senjata cukup untuk itu dan disembunyikan. Inggris sempat berniat menghambatnya dengan menghapus status pemerintahan sendiri di bawah Inggris, hak yang dinikmati Birma sebelum perang.

    Ketika proses menuju kemerdekaan mengalir, U Saw – selepas dari pengasingan – mendalangi usaha pembunuhan terhadap Aung San. Singkatnya, Aung San tewas beserta beberapa rekannya akibat tembakan senapan mesin.

    Kematian Aung San tidak menghambat proses kemerdekaan. Inggris menunjuk seorang teman Aung San bernama Thakin Nu atau dikenal dengan nama U Nu untuk melanjutkan proses tersebut.

    Birma merdeka pada 17 Januari 1948 dan U Nu menjadi perdana manteri.

    Di Hindia Belanda, jadwal kemerdekaan semula ditetapkan pada 7 September 1945, kemudian diubah menjadi 24 Agustus. Soekarno-Hatta pergi ke Dalat menemui panglima Jepang untuk Asia Tenggara yaitu Pangeran Hisaichi Terauchi untuk membahas soal itu.

    Ketika mereka kembali, di Jakarta beredar “kabar angin” bahwa Jepang telah menyerah. Kaum muda menuntut supaya proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di luar acuan Jepang, hal yang kurang disukai oleh kaum tua termasuk Soekarno-Hatta.

    Setelah berunding sengit – bahkan disertai penculikan terhadap 2 tokoh tersebut – akhirnya disepakati bahwa proklamasi dilaksanakan pada 17 Agustus dan susunan kata dalam proklamasi diperlunak untuk tidak membangkitkan amarah Jepang.

    Proklamasi kemerdekaan – yang melahirkan negara baru yaitu “Republik Indonesia”, pengesahan konstitusi, pemilihan presiden-wapres, membentuk KNIP (semacam MPR), pembentukan kabinet dan penetapan wilayah praktis berlangsung lancar. Yang terbilang sulit adalah menyusun militer, organisasi militer bentukan Jepang telah dibubarkan dan sebagian besar senjata masih dikuasai Jepang. Pembentukan berbagai kelompok militer menampilkan keadaan gawat: persaingan antar kelompok dan tentara tanpa senjata.

    Yang juga sulit adalah memperluas pengaruh. Gerakan kemerdekaan – yang lazim disebut “Republik” – mencoba memperluas pengaruh ke seluruh wilayah bekas Hindia Belanda. Sarana perhubungan yang langka, rezim Jepang yang masih berkuasa dan gejolak semangat kemerdekaan yang tak mau diatur menghambat usaha tersebut. Pada perkembangannya, hanya Jawa dan Sumatera yang menjadi kubu kuat Republik. Wilayah selebihnya cepat didatangi pasukan Sekutu yang mengambil alih kekuasaan dari Jepang. Bahkan Kalimantan Timur, Maluku Utara dan Irian Barat telah dikuasai Sekutu sebelum perang usai.

    Republik mencoba bergerak cepat, kekuasaan Jepang – termasuk kepemilikan senjata – dilucuti. Ada yang cukup dengan berunding dan ada pula dengan bertempur. Hal tersebut masih berlangsung ketika pasukan Sekutu datang.

    Pada 29 September satuan utama Sekutu datang ke Jakarta. Pasukan tersebut terdiri dari British Commonwealth yaitu Inggris, India dan Gurkha – serta NICA (Netherlands Indies Civil Administration). NICA adalah gabungan dari Koninklijke Leger yang beranggota orang Barat dan Koninklijke Nederlands Indische Leger yang beranggota orang Indonesia pro Belanda. Pasukan yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Phillip Christison ini disebut “AFNEI” (Allied Force Netherlands East Indies). AFNEI adalah bagian dari SEAC, dipimpin Mountbatten. Mengingat sejak 15 Agustus wewenang di Hindia Belanda berpindah dari MacArthur kepada Mountbatten.

    Mountbatten hanya mendapat sekitar 30.000 orang untuk menduduki Hindia Belanda seluas sekitar 1.900.000 km2, pasukan tersebut jelas tidak cukup. Dia minta bantuan Australia – juga negara anggota British Commonwealth dan Sekutu – untuk menduduki wilayah di luar Jawa, Sumatera dan Madura, berarti mencakup Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, Kepulauan Sunda Kecil dan Irian Barat. Australia setuju dengan syarat pasukannya tidak tergabung dalam AFNEI. Pasukan Australia dipimpin Jenderal Blamey menduduki wilayah yang dimaksud sebelum AFNEI datang.

    Pada awalnya kehadiran Sekutu disambut ramah oleh Republik, tetapi segera hal tersebut menjadi kemarahan ketika Sekutu mencoba memulihkan kolonial Belanda. Pertempuran tak terhindarkan lagi. Ketika British Commonwealth pergi, Republik praktis berhadapan langsung dengan NICA.

    Sementara itu Republik menghadap masalah intern. Gerakan tersebut merupakan campuran dahsyat sekaligus goyah dari berbagai kelompok yang terpecah belah berdasar daerah, suku, agama dan sebagainya. Tetapi secara sederhana kelak hanya ada 3 kelompok yang terkemuka yaitu nasionalis, agamis dan komunis. Ketiga kelompok tersebut telah tampil dan saling bersaing sejak sebelum merdeka.

    Kaum nasionalis mendominasi gerakan bahkan rezim hingga kini. Hal tersebut menampilkan rasa cemburu bagi 2 kelompok lainnya. Komunis mencoba membentuk pemerintahan sendiri pada 1948 tetapi cepat ditumpas oleh gabungan nasionalis-agamis. Dan usaha kaum agamis membentuk pemerintahan sendiri pada 1949 sempat berlangsung hingga 1965. Giliran gabungan nasionalis-komunis menumpas usaha kelompok agamis.

    Hubungan nasionalis-komunis juga tak berlangsung lama. Pada 1965 kembali gabungan nasionalis-agamis menumpas usaha komunis untuk berkuasa.

    Corak perang kemerdekaan di Indonesia – lazim disebut “Revolusi 1945” – adalah paduan antara berunding dan bertempur. Perjanjian Linggajati (25 Maret 1947) membuahkan pengakuan Belanda secara de facto terhadap Republik yang mencakup Sumatera, Jawa dan Madura. Agresi Militer-1 (21 Juli – 4 Agustus 1947) yang berakibat Republik kehilangan wilayah yang bernilai ekonomi, Perjanjian Renville (17 Januari 1948) yang berakibat pasukan Republik harus mengosongkan kantong-kantong gerilya di wilayah yang telah direbut pasukan Belanda saat Agresi Militer-1. Agresi Militer-2 (19/12/1948 – 6/1/1949) yang berakibat ibu kota Yogyakarta direbut, Soekarno-Hatta ditangkap, juga beberapa anggota kabinet ditangkap dan pasukan Belanda menambah perolehan lagi wilayah Republik. Perjanjian Roem-Roijen (Mei 1949) dan Konferensi Meja Bundar (23 Agustus – 2 November 1949) untuk menuju pelepasan bekas wilayah Hindia Belanda minus Irian Barat, Pengakuan Kedaulatan (27 Desember 1949) dan peleburan Republik Indonesia Serikat menjadi RI (17 Agustus 1950).

    Demikianlah, beberapa contoh keadaan Asia-Pasifik pasca Perang Pasifik. Kolonialisme runtuh dan nasionalisme tumbuh membuahkan kemerdekaan adalah mungkin warisan Perang Pasifik yang paling utama. Tetapi imperialisme belum mati. Ia bagai siluman: panjang umur hingga kiamat, mampu berubah bentuk dan dalih. Karena itulah hal tersebut perlu diwaspadai. Imperialisme adalah masalah yang belum berakhir.

    Bagi Jepang, agaknya menyadari bahwa konsep “Kawasan Sekemakmuran Asia Timur Raya” tidak dapat dicapai dengan penaklukan dan penindasan, tetapi dengan kerja sama sebagai mitra sejajar untuk mewujudkan “abad manusia” atau “abad dunia”. Bukan waktunya lagi mewujudkan “abad Timur” atau “abad Barat”. Harapan yang sama juga ditujukan kepada Barat.

    ALHAMDULILLAAH, SELESAI KISAH “PERANG PASIFIK : REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG.

    Suka

  4. PERANG PASIFIK: REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG (BAGIAN-2)

    Oleh : Indra Ganie

    Tulisan ini untuk mengenang 70 tahun (1945 – 2015) Kapitulasi Jepang yang mengakhiri Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), sekaligus mengenang Proklamasi 1945. Proklamasi 1945 merupakan pernyataan kehendak bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, antara lain membentuk negara untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan : berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.

    Tulisan ini dipersembahkan kepada seluruh anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus sebagai bakti saya kepada para pahlawan – antara lain dari keluarga saya.

    PERANG BERKOBAR

    Perang Pasifik disebut Jepang dengan Perang Asia Timur Raya. Jepang memakai istilah “Asia” tidak terlepas dari propaganda “Asia untuk orang Asia”. Untuk meraih simpati, dengan berani Jepang membenturkan 2 dunia yang pada waktu itu terjalin hubungan yang tidak enak: Barat menjajah Timur. Dikotomi Barat-Timur, “kita di sini mereka di sana”, “kolonialisme-nasionalisme” dihembus-hembuskan, tetapi ada 1 hal yang tidak dihembuskan yaitu pembebasan ala Jepang tidak disertai kemerdekaan. Hal tersebut itulah yang sedikit disadari. Mayoritas rakyat Timur – minimal pada awalnya – mendukung perang Jepang.

    Cina, Korea dan Filipina termasuk yang tidak mendukung sejak awal. Cina tidak lupa kehilangan wilayah jauh sebelum Perang Pasifik sekaligus mengalami kekejaman Jepang. Ketika Pearl Harbor diserang, Cina telah terlibat perang kejam dengan Jepang sejak 1937. Demikian pula Korea sejak negeri tersebut dicaplok tahun 1910, merendahkan orang Korea telah menjadi cara hidup orang Jepang. Adapun Filipina merasa lebih dekat dengan AS karena perlakuan manusiawi yang sudah diterima sekitar 40 tahun sebelum perang. Kepercayaan Filipina akan janji diberi kemerdekaan pada tahun 1946 diperkuat oleh pembentukan pemerintahan sendiri tapi masih di bawah AS sebagai langkah awal merdeka penuh, yang disebut “Republik Persemakmuran Filipina” pada 1935. Presiden Manuel Luis Quezon meminta Mayor Jenderal (Purnawirawan) Douglas MacArthur membentuk tentara Filipina. Praktis sekitar 95% rakyat pada 3 negeri tersebut anti Jepang.

    Sebagaimana telah disebut di atas, serangan ke Pearl Harbor segera diikuti gerak maju ke wilayah lain. Pasukan Jepang menyerbu Filipina, Birma, Hongkong, Muangthai dan Malaya pada Desember 1941. Demikian pula Guam dan Tinian milik AS dan Kepulauan Gilbert jajahan Inggris. Hindia Belanda, Irian Timur dan Kepulauan Solomon mendapat giliran pada Januari 1942. Kepulauan Aleut milik AS diserbu pada Juni 1942.

    Di Filipina, MacArthur diaktifkan kembali sebagai tentara pada bulan Juli 1941 sebagai panglima pasukan AS di Timur Jauh dengan pangkat jenderal. Pasukan AS dan Filipina digabung di bawah pimpinannya. Pasukannya mengalami serba kekurangan karena bantuan kecil dari AS, karena itu tidaklah mengherankan ketika pasukan Jepang pimpinan Letnan Jenderal Masaharu Homma menyerbu pada 10 Desember 1941 gerak mundur pasukan AS-Filipina tak dapat dihindar. Manila jatuh pada 2 Januari 1942 dan kekuatan dihimpun di Semenanjung Bataan dan Pulau Corregidor. Pertempuran sengit terjadi hingga pasukan Mac Arthur dipaksa menyerah pada 6 Mei 1942. Mac Arthur diperintah untuk pindah ke Australia pada bulan Maret 1942 dan Quezon pindah ke AS membentuk pemerintah dalam pengasingan (government in exile). MacArthur menyerahkan komando kepada Letnan Jenderal Jonathan Wainwright, yang kemudian menyerah. Sesuai rencana, sebagian dari mereka melaksanakan perang gerilya.

    Jepang berusaha keras menarik simpati rakyat Filipina namun gagal. Walaupun Filipina diberi kemerdekaan pada Oktober 1943, rakyat tahu bahwa suasana nyata adalah tidak merdeka. Perilaku menindas membantu kegagalan tersebut. Makin banyak warga yang terlibat kegiatan anti Jepang dan mempersiapkan kedatangan kembali Amerika.

    Birma (kini Myanmar) telah mendapat hak pemerintahan sendiri di bawah Inggris sejak tahun 1937. U Saw dipilih sebagai perdana menteri. Pada tahun 1941 dia pergi ke London meminta kemerdekaan penuh tapi ditolak. Dia kemudian mencoba berhubungan dengan Jepang, akibatnya dia ditangkap dan diasingkan ke Uganda yaitu jajahan Inggris di Afrika.

    Sebelum menyerbu Jepang, sekelompok orang Birma mendapat latihan militer dari Jepang untuk ikut serta bersama pasukan Jepang menyerbu Birma. Tentara tersebut dikenal dengan nama “Tentara Kemerdekaan Birma”. Kelak tentara tersebut dipengaruhi oleh aktivis kemerdekaan yang disebut “Tiga Puluh Sekawan” yang dipimpin oleh Aung San. Jelas aktivis tersebut tidak ingin mengganti penjajahan dengan penjajahan. Ketika kolonial Inggris runtuh, gerakan tersebut mulai melawan Jepang.

    Pasukan Jepang masuk dari Muangthai, diawali dengan serangan udara terhadap ibu kota Rangoon (kini Yangon) pada 26 Desember 1941. Pertempuran dahsyat berlangsung hingga kota tersebut jatuh pada 7 Maret 1942. Pasukan British Commonwealth yang terdiri dari Inggris, India, Gurkha dan Birma mati-matian mundur ke utara dengan tujuan India. Pasukan Cina yang dikirim untuk membantu ternyata praktis tidak berguna karena bobrok: kurang gizi, kurang semangat, kurang terlatih, kurang perlengkapan, organisasi kacau, penuh korupsi dan lain-lain. Tentara Cina adalah gambaran pemerintahnya – yaitu Nasionalis Cina pimpinan Chiang Kai-shek – terutama praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Pasukan Cina lebih banyak mundur dari pada bertempur. Birma praktis jatuh pada akhir Mei 1942.

    Penaklukan Birma berakibat gawat bagi Sekutu. Terbuka kemungkinan bahwa Jepang akan menyerbu India – dan hal itu kelak terjadi. Penaklukan tersebut juga berakibat Jalan Birma ditutup dan Cina akan makin kekurangan. Kemungkinan Cina akan kalah jelas terbayang.

    Sementara pertempuran di darat berlangsung, armada Jepang melaksanakan serangkaian serangan ke Samudera Hindia selama 31 Maret hingga 9 April untuk memastikan bahwa penaklukan Birma tidak mendapat gangguan dari laut. Tujuannya adalah pangkalan Sekutu di Sailan. Beberapa kapal Sekutu dapat ditenggelamkan.

    Di Malaya, pasukan Jepang menyerbu dari utara. Tujuannya adalah Singapura, benteng terkuat imperialis Barat di Timur Jauh. Tapi perang dengan Jerman memaksa Inggris mengurangi kekuatan di Asia untuk dikirim ke Afrika dan Eropa sebelum Jepang menyerbu. Jazirah Malaya yang berhutan lebat bukan rintangan berarti, pasukan Jepang sudah dilatih perang hutan. Armada Inggris telah dilumpuhkan oleh serangan udara spektakuler yang berakibat kapal kebanggaan Inggris yaitu “Prince Of Wales” dan “Repulse” tenggelam pada 10 Desember 1941. Pada 15 Februari 1942 Letnan Jenderal Arthur E. Percival terpaksa menyerah kepada Letnan Jenderal Tomoyuki Yamashita di Singapura. Peristiwa tersebut sangat memukul martabat Inggris – dan juga Barat umumnya. Mitos keunggulan ras Barat makin runtuhlah.

    Singapura jatuh berarti Hindia Belanda jatuh hanya soal waktu. Pada 15 Januari 1942 Sekutu membentuk “ABDACOM” (American-British-Dutch-Australian Command) dengan markas di Bandung. Panglima tertinggi adalah Jenderal Sir Archibald Wavel dari Inggris, panglima darat adalah Letnan Jenderal Hein Ter Poorten dari Belanda dan panglima laut adalah Laksamana Thomas C. Hart dari AS. Pasukan Jepang menyerbu dari Filipina dan Indocina walaupun perlawanan Sekutu di Filipina belum usai. Untuk merebut Hindia Belanda dipilih Letnan Jenderal Hitoshi Imamura sebagai panglima. Gerak pasukan Jepang bagai tangan gurita memotong-motong pertahanan Sekutu sehingga terkepung atau terjepit.

    Nasib Jawa – jantung Hindia Belanda – ditentukan dalam “Pertempuran Laut Jawa” pada 27 Februari hingga 1 Maret 1942 dengan kemenangan Jepang. ABDACOM bubar, Wavel pindah ke Sri Langka. Demikian pula Hart. Ter Poorten mengambil alih komando dari kekuatan yang tersisa. Pada 8 Maret rezim kolonial Hindia Belanda menyerah di pangkalan udara Kalijati, Jawa Barat. Sisa kekuatan Sekutu ada yang lari ke Australia, Selandia Baru, Irian Timur dan berbagai kepulauan di kawasan tersebut. Nasib negeri berpenduduk (waktu itu) 70 juta telah ditentukan: hanya ganti majikan. Majikan yang lebih kejam.

    Timor Portugis terkena amuk perang akibat serbuan ke Hindia Belanda. Portugis telah berada di pulau tersebut sejak 1512. Pada abad-17 orang Belanda mendesak orang Portugis ke timur dan pulau tersebut terbagi antara Belanda di barat dengan Portugis di timur.

    Untuk mencegah pasukan Jepang masuk ke Timor, Sekutu tidak hanya mengirim pasukan ke sisi barat tetapi juga ke sisi timur pada Desember 1941. Portugis mengajukan protes – karena memilih netral dalam Perang Dunia-2 – tapi tak berdaya mencegah pencaplokan jajahannya oleh Sekutu. Portugis cemas pasukan Jepang pasti akan memasukkan Timor Portugis sebagai bagian dari penaklukan dan Sekutu tak akan mampu membendungnya, ternyata hal tersebut memang terbukti.

    Gerak maju pasukan Jepang mencerai beraikan pasukan Sekutu, Sekutu memilih siasat perang gerilya untuk menahan pasukan Jepang sebanyak mungkin supaya tidak dikirim ke tempat lain. Perang berlangsung hingga Desember 1942 dan sukses menahan cukup banyak pasukan Jepang. Timor Portugis digabung dengan Timor Barat, yang berarti digabung ke Hindia Belanda

    Portugis mungkin masih sedikit terhibur karena jajahan lainnya yaitu Macao dihormati.

    Australia dan Selandia Baru juga terancam serbuan Jepang. Kedua negara tersebut telah terlibat perang sejak 3 September 1939 ketika Inggris menyatakan perang dengan Jerman. Mereka telah mengirim pasukan ke Afrika dan Eropa sehingga relatif sedikit yang tersisa untuk melawan Jepang. Tanpa bantuan AS kedua negara tersebut tak akan bertahan dan tanpa kedua negara garis pertahanan Sekutu terpaksa ditarik ke benua Amerika.

    Ketika Hindia Belanda diserbu, pasukan Jepang juga bergerak menuju Kepulauan Solomon. Garnisun Australia di Pulau New Britain dengan cepat dikalahkan dan pasukan Jepang cepat membuat pangkalan besar di kota utama di pulau tersebut, Rabaul. Pada bulan Juni gerak maju pasukan Jepang di Pasifik Barat Daya telah menjangkau sejauh Guadalcanal setelah mendapat perlawanan ringan. Artinya jelas, Australia terkurung.

    Untuk memastikan bahwa Australia makin terkurung, pangkalan Sekutu di Port Moresby di bagian selatan Irian Timur (kini Papua Nugini) harus direbut. Sejak Februari 1942 Port Moresby mendapat serangan udara dari Rabaul untuk melemahkan pangkalan tersebut dan kota Darwin di Australia juga diserang dari udara oleh pesawat yang berpangkalan di Hindia Belanda. Usaha merebut pangkalan tersebut digagalkan Sekutu dalam Pertempuran Laut Karang pada 7-8 Mei 1942. Demikian pula usaha merebut lewat darat pada 21 Juli dapat digagalkan setelah pertempuran sengit hingga 22 Januari 1943.

    Kepulauan Aleut di dekat Alaska diserbu pasukan Jepang pada bulan Juni 1942, tapi sesungguhnya hanya pancingan supaya armada AS menuju ke wilayah tersebut. Laksamana Isoroku Yamamoto mengincar pangkalan AS di Midway, bagian tengah Pasifik. Jika Midway dilumpuhkan atau direbut maka gerak maju pasukan Jepang dapat menjangkau Hawai atau bahkan AS. Tetapi niat tersebut diketahui Laksamana Chester Nimitz sehingga Aleut dibiarkan direbut pasukan Jepang dan kekuatan Sekutu dihimpun untuk mempertahankan Midway, adapun Yamamoto menyerbu Midway dengan kekuatan yang sudah terbagi untuk Aleut. Hasilnya, dalam Pertempuran Midway pada 4-6 Juni 1942 Jepang mendapat kekalahan berat. Yamamoto mungkin sedikit terhibur karena ada wilayah AS yang direbut.

    Babak awal Perang Pasifik boleh dibilang berakhir pada 7 Agustus 1942, karena pada tanggal tersebut Sekutu menyerbu Guadalcanal yang merupakan serbuan Sekutu yang pertama dalam Perang Pasifik.Serbuan tersebut adalah awal babak kedua.

    SEKILAS SUASANA PENDUDUKAN JEPANG

    Dengan kehadiran pasukan Jepang sejak berkobar Perang Pasifik, rakyat di wilayah taklukan tersebut memiliki pendapat yang saling berbeda. Ada yang menilai bahwa Jepang memang tulus memerdekakan Timur, ada yang menilai Jepang hanya mementingkan diri sendiri dan ada pula yang menilai bahwa bagaimanapun perilaku Jepang kerja sama dengan Jepang diperlukan untuk meraih kemerdekaan. Pendapat berbeda ini juga ada di Hindia Belanda.

    Sikap Cina, Korea dan Filipina telah jelas: lawan Jepang! Dari ketiga bangsa ini, Korea boleh dibilang sangat lemah perlawanannya. Umumnya perlawanan tersebut dilaksanakan di luar negeri. Cengkeraman Jepang yang sangat kuat nyaris sempurna menutup peluang melawan. Dari seluruh wilayah taklukan Jepang, Korea yang paling dekat dan tentunya paling mudah diawasi Jepang.

    Pendudukan Jepang di Korea menampilkan 2 aktivis kemerdekaan yang menonjol yaitu Syngman Rhee dan Kim Il-sung. Akibat kegiatannya, Rhee terpaksa meninggalkan Korea dan menetap di AS. Di pengasingan, dia menghimpun orang Korea di AS untuk menyiapkan kemerdekaan. Dia kembali ke Korea pada 1945 dan menjadi presiden Korea Selatan pada 1948.

    Kim Il-sung melawan Jepang juga dari luar negeri. Dia memilih faham komunis sebagai ideologi gerakannya. Selama 1941-5 dia bergerilya di Manchuria dengan dukungan rahasia US. Dia juga kembali pada 1945 bersama pasukan US dan menjadi presiden Korea Utara juga tahun 1948.

    Di Korea, rezim Jepang berusaha melaksanakan Jepangisasi. Orang Korea harus menerima budaya Jepang dan agama Shinto . Mungkin kita mengira bahwa hal tersebut mudah mengingat kedua bangsa tersebut serumpun. Faktanya tidak semudah itu, walaupun serumpun Korea benci dengan proyek tersebut. Jelas ada beberapa hal yang merupakan ciri khas Korea. Hal tersebut berlaku juga pada bangsa lain. Bahkan dalam 1 bangsa terdapat beberapa suku yang tentunya memiliki ciri sendiri semisal bangsa Indonesia, tidak dapat dipaksakan untuk seragam dalam segala hal.

    Perilaku merendahkan dari orang Jepang adalah hal lain yang dibenci orang Korea. Ada beberapa tempat yang terlarang didatangi orang Korea atau hanya untuk orang Jepang semisal restoran, toko atau sekolah tertentu. Orang Korea yang berdinas dalam militer dan sipil Jepang cenderung mendapat penghasilan yang lebih kecil tapi pekerjaan lebih sulit dibanding orang Jepang. Kesalahan sekecil apapun dapat dihukum berat. Tak heran jika ketika Korea baru bebas, bangsa itu kekurangan sumber daya manusia yang bermutu akibat pembatasan di bidang pendidikan dan kesempatan lain. Korea harus bekerja keras mengejar ketertinggalan dan boleh dibilang sukses walaupun dalam bidang berbeda. Korea Utara unggul dalam militer dan Korea Selatan unggul dalam ekonomi.

    Mengingat keterbatasan data, tak banyak yang dapat disajikan tentang suasana pendudukan Jepang dan perlawanan Korea.

    Di Cina, peluang melawan sangat besar karena sebagian besar wilayah Cina masih bebas. Tapi sayang, Cina dilanda perang saudara – terutama antara komunis dengan nasionalis – sehingga sulit membentuk gerakan perlawanan terpadu. Usaha bersatu selalu gagal karena perbedaan ideologi yang jelas.

    Sejak tahun 1934 komunis pimpinan Mao Tse-tung memilih Yenan sebagai markas pusat karena didesak oleh nasionalis pimpinan Chiang Kai-shek. Wilayah tersebut kering dan miskin. Kedua fihak tersebut muncul akibat Revolusi Cina yang berkobar sejak 1911, revolusi untuk meruntuhkan Dinasti Manchu (1644-1912) dan mengubah Cina menjadi republik. Pada awalnya komunis dan nasionalis bersatu di pimpin oleh Sun Yat-sen, tokoh nasionalis. Pada tahun 1925 Sun wafat dan diganti oleh Chiang, Chiang makin lama makin kurang suka dengan komunis dan melaksanakan pembersihan besar-besaran terhadap komunis pada 1927. Selama beberapa tahun internasional mengakui nasionalis sebagai pemerintah yang sah di Cina.

    Sejak tahun 1938 Chiang Kai-shek menetap di Chungking, kota di tepi Sungai Yangtze jauh di pedalaman. Pasukan Jepang telah memaksa Chiang melepas Nanking pada Desember 1937 yang sekian lama menjadi ibukota nasionalis.

    Harapan Chiang untuk melibatkan negara lain – khususnya AS – berperang melawan Jepang tercapai setelah peristiwa di Pearl Harbor. Cina perlu hubungan ke luar negeri dan itu sulit dilaksanakan mengingat pesisir telah direbut Jepang dan kekurangan fasilitas perhubungan. Ketika Perang Pasifik berkobar AS dan Inggris berusaha membangun pangkalan di India untuk membantu Cina, juga beberapa pangkalan Sekutu dibangun di Cina. Penaklukan Birma mempersulit pengiriman bantuan.

    Mengingat Cina adalah negeri luas, alam tak ramah, penduduk yang banyak dan ulet serta faktor lain telah menjadikan Cina sebagai pengganggu yang menjengkelkan, karena memaksa Jepang harus menahan pasukan sekitar 1.000.000 orang padahal mereka diperlukan di tempat lain. Perlawanan Cina menghambat gerak maju pasukan Jepang ke wilayah lain. Hal itu memberi dalih kepada Jepang untuk bersikap kejam menumpas perlawanan supaya Cina menyerah selekas mungkin. Pembalasan berupa pembantaian, perusakan dan penjarahan besar-besaran tanpa pilih-pilih oleh pasukan Jepang karena perlawanan Cina menjadi “menu” sehari-hari. Kekejaman tersebut lebih membangkitkan kebencian dari pada ketakutan dan makin menambah perlawanan. Hingga perang usai, Jepang tidak pernah betul-betul menguasai wilayah yang direbut karena diganggu perlawanan Cina.

    Bagi Sekutu, menahan pasukan Jepang sebanyak mungkin dan selama mungkin di Cina supaya tidak dikirim ke tempat lain adalah tujuan. Untuk itu Sekutu berusaha membantu Cina supaya mampu berperang selama mungkin. Usaha merebut Birma adalah bagian dari bantuan Sekutu kepada Cina. Juga beberapa personal militer Sekutu dikirim untuk melatih tentara Cina.

    Bicara tentang perang gerilya, komunis lebih mahir. Keseriusan komunis meraih simpati berakibat banyak warga bergabung. Mao melaksanakan disiplin sedemikian rupa sehingga walau serba kekurangan masih sanggup melawan dengan ampuh.

    Kedisiplinan tersebut tidak terdapat pada nasionalis. Pemerintahan Chiang penuh dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. Dukungan para tuan tanah dan feodalis lain pada rezimnya berakibat bangkit kebencian rakyat pada rezim, kebencian tersebut bertambah karena kaum feodalis tersebut cenderung bekerja sama dengan Jepang. Hal tersebut dimanfaatkan dengan lihai oleh komunis. Selain melawan Jepang, komunis juga tidak segan bertindak kejam terhadap kaum feodalis sehingga mereka praktis bebas berbaur dengan warga tanpa takut dikhianati. Doktrin Mao adalah “tentara dan warga ibarat ikan dengan air” memang serius dilaksanakan.

    Mungkin Cina adalah yang paling berat menanggung derita pendudukan Jepang dibanding yang lain. Sekitar 15.000.000 orang tewas sejak perang berkobar dengan Jepang pada 1937 dengan berbagai sebab antara lain aksi militer maupun dampak tak langsung dari perang semisal kurang gizi dan wabah. Bantuan dari Sekutu jelas tak cukup.

    Di Filipina, rakyat relatif cepat pulih dari rasa kaget akibat serbuan pasukan Jepang. Berbagai gerakan perlawanan tampil tapi kadang tidak rukun. Setelah beberapa waktu terjadilah penggabungan: kelompok kecil “diserap” oleh kelompok besar. Muncul nama-nama tokoh perlawanan semisal Luis Taruc, Ramon Magsaysay dan Ferdinand Marcos.

    Walaupun MacArthur tahu bahwa gerakan perlawanan ada tetapi tidak jelas nama kelompok dan tokohnya. Sekitar awal 1943 dia mencoba menjalin hubungan dengan Filipina dalam bentuk mengirim spion dengan kapal selam. Selain spion dia juga mengirim berbagai bantuan semisal senjata, amunisi dan radio. Beberapa waktu kemudian jaringan spionase tersebut telah tersebar di seantero Filipina, bahkan ke Manila. Rakyat Filipina makin percaya bahwa Sekutu akan kembali. Pemberian kemerdekaan pada 14 Oktober 1943 praktis diabaikan karena suasananya tetap tidak merdeka.

    Pemberian kemerdekaan palsu tersebut di atas menampilkan Jose P. Laurel sebagai presiden.

    Rakyat Filipina mengembangkan sikap yang mungkin unik terhadap orang yang bekerja sama dengan Jepang. Mereka cenderung menganggap bahwa para antek tersebut berusaha mengurangi kekejaman Jepang dan boleh dibilang hal itu ada benarnya. Para antek tersebut secara rahasia melawan Jepang dan para aktivis kemerdekaan memerlukan mereka untuk mendapat berbagai data.

    Pekerjaan spionase memiliki resiko besar. Tidak jarang orang yang tak tahu apapun tentang itu harus menanggung resikonya. Jika seorang spion tertangkap, aparat Jepang segera menciduk orang-orang yang kenal dengannya semisal keluarga dan teman. Selanjutnya pembaca dapat menebak nasib mereka.

    Pembantaian warga dan pembakaran desa juga terjadi di Filipina, membunuh seorang Jepang dibalas dengan membunuh atau menangkap banyak orang. Karena itulah MacArthur menghimbau rakyat untuk tidak melawan terang-terangan. Sebelum pasukan Sekutu tiba di Filipina, MacArthur hanya perlu data. Karena itu jarang terjadi pertempuran. Umumnya pertempuran terjadi karena melindungi markas, merebut logistik atau markas Jepang.

    Pasukan Sekutu menyerbu Filipina pada 20 Oktober 1944, dengan demikian terpenuhilah janji MacArthur yang terkenal “I shall return” (saya akan kembali).

    Di Birma, Jepang juga memberi kemerdekaan semu pada 1 Agustus 1943. Presidennya adalah Ba Maw dan tentaranya adalah Tentara Pertahanan Birma. Tentara ini menggantikan Tentara Kemerdekaan Birma.

    Walaupun ada pergantian organisasi, pada hakikatnya sama saja yaitu dipengaruhi oleh gerakan “Tiga Puluh Sekawan” pimpinan Aung San, bahkan rezim Ba Maw dipengaruhi olehnya. Ada 4 anggota kabinetnya yang sesungguhnya aktivis kemerdekaan.

    Selama pendudukan Jepang, Aung San menghimpun kekuatan dan menyebar pengaruh praktis tanpa diketahui Jepang. Agaknya Jepang lebih sibuk mempersiapkan serbuan ke India. Kelak ketika pasukan Sekutu tiba, dia menampilkan niat aslinya: berontak terhadap Jepang. Karena itu praktis tidak ada pemberontakan terbuka hingga tahun 1945, walaupun derita karena pendudukan juga hadir di Birma.

    Untuk mempermudah gerakan pasukan dan logistik – antara lain sebagai persiapan menyerbu India, Jepang membuat proyek terkenal dengan nama “Jalur Rel Maut”. Jalur tersebut dibuat untuk menghubungkan Muangthai dengan Birma dengan menggunakan tenaga paksa dari tawanan maupun warga dari berbagai bangsa antara lain Indonesia. Proyek tersebut meminta tumbal besar: ribuan tewas karena kurang kepedulian, perlakuan kejam dan kasus kecelakaan. Selebihnya ada yang terpaksa menetap karena tak mampu pulang atau hilang entah ke mana. Ada juga yang kelak mendapat perawatan dari Sekutu setelah usai perang.

    Usaha merebut Birma dimulai pada Oktober 1943 oleh pasukan Cina yang dilatih dan dilengkapi oleh AS di India. Tokoh yang terkemuka di arena ini antara lain Letnan Jenderal Joseph W. Stilwell dari AS dan Laksamana Lord Louis Mountbatten dari Inggris.

    Di Malaya (termasuk Singapura), Jepang mencoba memberi perlakuan berbeda antara 3 kelompok besar rakyat Malaya yaitu Melayu, Cina dan Keling. Yang paling menderita adalah Cina sebagai akibat Perang Cina-Jepang II, Jepang secara sistematis membunuh orang Cina dengan berbagai dalih antara lain tuduhan komunis walaupun secara umum orang Cina hidup sebagai kapitalis. Memang ada yang berfaham komunis tetapi mereka lolos dan membentuk kelompok perlawanan. Kelompok yang terkemuka adalah “Tentara Rakyat Malaya Anti Jepang”, kelompok tersebut dibantu orang Inggris yang sempat lolos atau mencoba melaksanakan gerilya yang telah direncanakan sebelum perang. Kadang kala bantuan Sekutu disusupkan kepada mereka.

    Orang Melayu mungkin sedikit lebih beruntung. Jepang memerlukan mereka untuk kelak membentuk pemerintahan Melayu masa depan. Demikian pula orang Keling, mereka diperlukan untuk membentuk pemerintahan India. Walaupun demikian, ribuan orang Melayu didaftar untuk ikut dalam berbagai proyek pembangunan antara lain “Jalur rel Maut” di Birma dan Muangthai. Sebagian mereka tewas atau hilang.

    Di Hindia Belanda tidak ada yang berubah kecuali pengawasan lebih ketat atau perlakuan lebih kejam. Pada 20 Maret 1942 Jepang mengumumkan larangan membicarakan dalam bentuk apapun soal tata negara. Larangan tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga berbagai partai yang dibentuk pada masa kolonial Belanda praktis tak berkutik. Jepang cenderung pada organisasi baru dengan para tokoh yang terkenal sekaligus mau bekerja sama. Secara umum rakyat Indonesia tidak punya pilihan, Belanda tidak mempersiapkan rakyat untuk melawan Jepang. Belanda membiarkan rakyat tak berdaya jatuh dicengkeram Jepang.

    Soekarno, Hatta dan beberapa tokoh lain memilih kerja sama dengan Jepang untuk menuju Indonesia merdeka, mereka menempuh itu karena sudah terkenal sehingga sulit untuk sembunyi. Beberapa organisasi dibentuk antara lain “Putera” (Pusat Tenaga Rakyat), secara resmi Putera berfungsi menghimpun potensi rakyat membantu Jepang. Beberapa orang Indonesia diberi jabatan yang dulu terlarang oleh Belanda, atau beberapa jabatan baru diciptakan dan diisi orang Indonesia. Jepang berniat membawa rakyat terlibat perang dengan Sekutu sambil meredam hasrat kemerdekaan. Tapi hal tersebut diketahui oleh para tokoh. Karena itu pada tiap kesempatan mereka mengingatkan rakyat untuk tidak lupa pada tujuan pokok: merdeka! Propaganda anti Sekutu dengan cerdik disusupi dengan propaganda anti Jepang.

    Adapun Sutan Syahrir dan beberapa orang lain memilih jaga jarak dan melawan secara rahasia.

    Tanpa propaganda apapun, rasa anti Jepang muncul jua. Dimulai dari larangan mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyi “Indonesia Raya”, keharusan menundukkan kepala pada orang Jepang yang ditemui hingga berbagai perlakuan kejam. Pemberontakan muncul antara lain di Aceh, Jawa Barat dan Irian Barat. Di Kalimantan Barat pernah terjadi pembunuhan massal mencakup keluarga sultan, orang Barat dan warga lokal dengan dalih percobaan berontak. Konon di Irian Barat, pernah ada proyek Jepangisasi dengan pembunuhan massal dan wilayah tersebut kelak diisi dengan orang Jepang. Jika proyek tersebut sukses, akan dicoba di tempat lain. Proyek di Irian Barat itu dilaksanakan sambil menumpas pemberontakan yang terjadi. Pembunuhan massal juga terjadi di Kepulauan Tanimbar.

    Ketika perang berubah merugikan Jepang, orang Indonesia diizinkan berlatih militer untuk menghadapi kemungkinan serbuan Sekutu. Di Sumatera dibentuk Gyu Gun dan di Jawa dibentuk Peta (Pembela Tanah Air). Selain itu dibentuk pula organisasi semi-militer semisal Hizbullah dan Seinandan.

    Orang Indonesia yang berdinas dalam militer Jepang disebut Heiho, Jepang menggaji mereka dan bebas mengirim ke berbagai medan perang semisal Birma dan Morotai.

    Pada 7 September 1944 Perdana Menteri Kuniyaki Koiso berjanji memberi kemerdekaan kepada Indonesia “kelak kemudian hari”, sejak itu berangsur-angsur kelonggaran diberikan antara lain mengibarkan bendera nasional dan menyanyikan lagu nasional.

    Sementara itu pasukan Sekutu telah masuk di beberapa tempat di Hindia Belanda yaitu pesisir utara Irian Barat, Maluku Utara dan Kalimantan Timur. Jepang memacu gerak menuju Indonesia merdeka guna mencegah Belanda datang kembali, mengingat Belanda adalah anggota Sekutu dan pasukan Belanda memang bergabung dalam pasukan Sekutu menyerbu wilayah tersebut tadi.

    Langkah awal persiapan kemerdekaan adalah membentuk “Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia” (BPUPKI). Di situ terdapat Soekarno, Hatta, Agoes Salim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Ki Hajar Dewantara, Muhammad Yamin dan lain-lain. Mereka terlibat pembahasan sengit mengenai bentuk Indonesia merdeka. Ada yang mengusulkan Indonesia berdasar Islam dalam arti kewajiban melaksanakan syari’at Islam bagi pemeluknya, ada pula yang menolaknya dengan dalih Indonesia terdiri berbagai umat walaupun kaum Muslim adalah mayoritas. Pembahasan tersebut kemudian menghasilkan dasar negara yang dikenal dengan “Piagam Jakarta” 22 Juni 1945.

    BPUPKI diganti dengan “Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia” (PPKI), beberapa orang adalah mantan dari BPUPKI. Kelak PPKI sempat mengalami proklamasi kemerdekaan, pengesahan konstitusi dan pemilihan presiden serta wakil presiden.

    Di Indocina, sejak sebelum Perang Dunia-2 telah ada gerakan kemerdekaan. Tokoh yang terkemuka adalah Ho Chi Minh, pada 1920 dia membentuk “Partai Komunis Vietnam” dan pernah berontak melawan kolonial Perancis. Pemberontakan tersebut gagal, tapi peristiwa tersebut telah menempatkan komunis sebagai aktivis kemerdekaan paling tangguh di Indocina. Pada tahun 1941 dia membentuk “Vietminh” (Liga Kemerdekaan Vietnam), ketika itu pasukan Jepang telah masuk Indocina dengan persetujuan pemerintahan Perancis pro Nazi, yang dikenal dengan sebutan “Vichy”.

    Hingga Maret 1945 hubungan Perancis-Jepang di Indocina relatif baik. Jepang hanya perlu Indocina sebagai pangkalan militer, adapun urusan sipil tetap wewenang Perancis. Sejak tahun 1932 Raja Bao Dai berkuasa di bawah Perancis, tugasnya praktis hanya lambang.

    Ketika Jepang menghapus kolonialisme Perancis, kekuasaan Raja Bao Dai ala Perancis tetap dipertahankan. Raja berusaha meraih kekuasaan lebih dari sekedar lambang namun gagal. Sulit mengajak orang bekerja sama dengan suasana tidak menentu, orang Vietnam yang cakap cenderung lebih suka melawan Jepang dari pada kerja sama.

    Sekutu pernah mencoba menjalin hubungan dengan Vietminh, beberapa spion dikirim menemui Ho Chi Minh. Hasilnya adalah Vietminh mencari data Jepang dan pilot Sekutu yang jatuh, Sekutu memberi senjata dan perlengkapan lain.

    Ketika perang usai Vietminh kuat di utara dan membentuk Republik Demokrasi Vietnam di Hanoi.

    Di India, pasukan Jepang sempat masuk pada 8 Maret 1944 tetapi dipaksa pergi pada 8 Juli 1944 setelah pertempuran sengit dekat perbatasan Birma-India. Jepang sempat membentuk tentara India pro Jepang yang dikenal dengan “Tentara Nasional India” (INA) bersama aktivis kemerdekaan bernama Subhas Chandra Bose. Tentara tersebut umumnya beranggota orang India yang berdinas dalam militer Inggris dan ditangkap Jepang di Birma dan Malaya. Jepang menggunakan mereka untuk bersama menyerbu India dan membangkitkan pemberontakan terhadap kolonial Inggris. Usaha merebut India gagal, INA bubar setelah Sekutu merebut Birma dan Bose tewas dalam suatu perjalanan dengan pesawat Jepang.

    Secara umum suasana pendudukan Jepang boleh dibilang sama terutama dalam arti mendapat derita yang sama yaitu:

    1. Serba kekurangan, tujuan perang Jepang adalah merebut wilayah untuk dikeruk sumber alamnya, diisi dengan bangsa Jepang dan menjadi wilayah pemasaran barang serta jasa. Harta paling berharga adalah firdaus tropis Hindia Belanda: sumber alam kaya, wilayah luas, letak strategis dan rakyat masih bodoh. Bahkan bukan hanya sumber alam yang dikeruk, tetapi berbagai fasilitas juga diangkut semisal rel, lokomotif, gerbong, mobil, truk, bis, tiang listrik, pagar sampai besi tua. Tekstil sedemikian langka sehingga banyak orang menutup tubuh – dan jenazah – dengan karung. Konon beredar cerita, banyak mayat yang bangkit lagi dari kubur karena gatal-gatal memakai karung, bukan kain kafan.

    Perhiasan perempuan juga tak luput dari permintaan untuk disumbangkan, banyak yang mencoba menyembunyikan antara lain dengan dikubur.

    Kelaparan tak terelakkan, beras – sama halnya dengan tekstil – berlimpah tapi hampir semua disimpan dalam gudang untuk persiapan perang. Pada perioda tersebut sudah menjadi pemandangan biasa melihat mayat terkapar di mana-mana atau orang dengan kulit pembungkus tulang karena kelaparan.

    Jepang menghadapi masalah pengiriman ke dan dari Jepang. Sejak 1943 kapal selam Sekutu berkeliaran mencari mangsa dan mengirim kapal-kapal Jepang ke dasar laut. Akibatnya ganda, serba kekurangan di luar dan dalam negeri.

    Untuk meningkatkan produksi pangan terutama beras, hutan dibuka untuk lahan pertanian dan perkebunan. Mengingat suasana darurat, pembukaan hutan dilaksanakan tanpa perhitungan cermat. Hasilnya, kekeringan di musim panas dan kebanjiran di musim hujan.

    2. Serba ketakutan, turut menyumbang suasana ini. Antara lain tak jelas apakah besok dapat makan atau belanja.

    Aparat Jepang sangat mudah curiga dan dengan demikian sangat mudah menuduh, menangkap, menyiksa, membunuh orang dengan tuduhan spionase anti Jepang. Yang menjadi sasaran kecurigaan ini umumnya kelompok menengah ke atas. Kaum intelek dicurigai sebagai antek Barat dan kaum kaya dicurigai membiayai kegiatan anti Jepang. Aparat yang terkenal dalam hal ini adalah “Kenpeitai”, semacam polisi rahasia. Kekejamannya selevel dengan rekan Jepang di Barat selama Perang Dunia-2 yaitu “Gestapo”, polisi rahasia Jerman perioda Nazi.

    Untuk mengeruk sumber daya alam perlu sumber daya manusia, demikian pula untuk proyek pembangunan dan perawatan. Aparat Jepang tidak segan menciduk orang seenaknya untuk tujuan tersebut. Ada juga yang ditipu dengan janji mendapat pekerjaan enak dan penghasilan enak. Sampai di tujuan bukan 2 hal tersebut yang dijumpai tapi segala yang tidak enak mencakup pekerjaan, perlakuan dan lingkungan. Sumber daya manusia demikian lazim disebut “romusha” (prajurit kerja). Mereka dikirim sesuai kebutuhan semisal proyek “Jalur Rel Maut” Birma-Muangthai.

    Jepang juga pernah membangun jalur rel Sijunjung-Pekanbaru menembus hutan, rawa dan menyeberangi sungai dengan tenaga romusha. Para tawanan juga digunakan, ada orang Belanda, Inggris, Australia dan Amerika.

    Untuk menghadapi kemungkinan serbuan Sekutu maka perlu membangun kubu pertahanan semisal bunker, gua dan benteng. Tenaga yang paling murah tentu siapa lagi kalau bukan romusha. Maka bekerja keras dan diperlakukan keras para romusha membangun kubu pertahanan. Ada yang selesai ada pula yang tak kunjung selesai. Semua proyek tersebut minta korban besar: tewas, hilang atau cacat.

    Bangsa Jepang memang ahli membangun di dalam tanah. Kisah Perang Pasifik penuh dengan perang dari gua ke gua mengingat gua sulit direbut sekaligus mudah dipertahankan. Sekutu belajar merebut atau menghancurkan gua pertahanan dengan korban begitu besar.

    Jika romusha adalah penderitaan untuk lelaki, maka ada pula penderitaan untuk perempuan yang dikenal dengan istilah “juugun ianfu”, yang diterjemahkan dengan “perempuan penghibur” atau “comfort woman”. Perekrutannya mirip dengan romusha: paksa atau tipu. Ditipu dengan janji pekerjaan dan penghasilan enak, atau janji akan disekolahkan di Jepang. Sampai di tujuan bukan sekolah yang dijumpai tetapi bordil, yang dikenal dengan istilah “rumah panjang”, “rumah kuning” atau “rumah bambu”.

    Bordil tersebut terutama disediakan untuk militer mengingat resiko pekerjaan yang lebih berat dari pada sipil. Ketegangan akibat perang memerlukan ketenangan dan rumah bordil adalah tempatnya. Jepang membangun banyak bordil: tersebar dari Manchuria di utara hingga New Britain di selatan. Sekitar 200.000 perempuan berbagai bangsa direkrut jadi juugun ianfu. Ada Korea, Cina, Indonesia, Filipina, Belanda dan lain-lain. Mereka umumnya harus melayani sekitar 30-40 orang per hari. Sama hal dengan romusha, mereka kurang perawatan. Di kamp tawanan yang dihuni warga negara Sekutu, ada kasus beberapa perempuan dipanggil dengan dalih periksa kesehatan. Dan mereka tidak kembali lagi. Ini jelas membangkitkan ketakutan.

    Jenis kekejaman lain yang mengerikan adalah praktek kanibalisme. Masuk tahun 1944 pasukan Jepang harus melepas banyak pangkalan akibat gerak maju pasukan Sekutu. Ada pula beberapa pangkalan yang terpencil akibat gerakan tersebut. Serba kekurangan tak terhindarkan termasuk pangan, kelaparanpun dialami pasukan Jepang. Untuk menyelesaikan masalah tersebut dipilih cara kanibalisme. Beberapa tawanan diambil dan dibunuh kemudian dijadikan santapan. Sejauh pengetahuan penulis kasus tersebut banyak terjadi di arena Pasifik Barat Daya.

    Sungguh, perilaku kejam Jepang yang ujuga berlaku terhadap sesama Timur praktis menggagalkan usaha membentuk front bersama “Kawasan Sekemakmuran Asia Timur Raya” pimpinan Jepang. Konferensi mengenai hal tersebut yang dilaksanakan di Tokyo pada November 1943 praktis mubazir karena hanya sukses di atas kertas tapi gagal di lapangan. Sama halnya dengan Jerman, Jepang merasa dirinya sebagai bangsa unggul. Tidak sudi dianggap sederajat walau dengan sesama Timur.

    (IN SYAA ALLAAH BERSAMBUNG)

    Suka

  5. PERANG PASIFIK: REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG

    Oleh : Indra Ganie

    Tulisan ini untuk mengenang 70 tahun (1945 – 2015) Kapitulasi Jepang yang mengakhiri Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), sekaligus mengenang Proklamasi 1945. Proklamasi 1945 merupakan pernyataan kehendak bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, antara lain membentuk negara untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan : berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.

    Tulisan ini dipersembahkan kepada seluruh anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus sebagai bakti saya kepada para pahlawan – antara lain dari keluarga saya.

    PENDAHULUAN

    Pakar sejarah Will dan Ariel Durant pernah menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa sebagian besar waktu dalam riwayat manusia adalah perang. Hanya beberapa tahun saja yang merupakan tahun tanpa perang.

    Berkaitan dengan itu penulis mencoba membahas suatu perang yang berdasar pada anggapan umum yang cenderung membagi dunia menjadi 2 yaitu dunia Timur dan dunia Barat.

    Dalam hidup sehari-hari, jika mengingat Timur orang teringat dengan Asia dan Afrika dan jika mengingat Barat orang teringat dengan Eropa, Amerika dan Australia. Memang, riwayat umat manusia sebagian besar didominasi hubungan kedua dunia tersebut walaupun sadar tidak sadar kadang ada kecenderungan memelihara dikotomi Timur-Barat.

    Jelas bahwa walaupun 2 umat tersebut hidup berdampingan tetapi sulit dibantah bahwa bentuk hubungan tersebut lebih merupakan persaingan daripada persandingan. Ya, persaingan hampir dalam segala hal. Orang cenderung berfokus pada perbedaan dari pada persamaan dari 2 umat tersebut. Akibatnya, titik temu nyaris mustahil didapat.

    Berfokus pada perbedaan sesungguhnya sudah lama tetapi mencapai puncaknya – atau lebih tepat diperparah – mungkin sejak abad-16, ketika orang Barat dari berbagai bangsa menjelajah dan menjajah ke seantero dunia. Praktis pada awal abad-20, sebagian besar dunia Timur dijajah oleh Barat.

    Segala perbedaan tersebut akhirnya lebih banyak menampilkan peperangan dari pada pemahaman. Semuanya menampilkan korban yang mengerikan dan kadang dendam yang berkepanjangan.

    Di antara sekian banyak peperangan antara kedua umat tersebut, ada 1 perang yang hingga kini dianggap terbesar antara dunia Barat dengan dunia Timur walaupun tidak murni konflik Barat-Timur. Perang yang dimaksud adalah Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945).

    Perang ini bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri – terutama bukanlah peristiwa yang muncul begitu saja, tetapi berkaitan dengan berbagai konflik lain sebelumnya yang kemudian “bermuara” pada Perang Dunia-2 (1/9/1939 – 2/9/1945), perang terbesar yang pernah diciptakan manusia. Berbagai konflik tersebut merupakan “pemanasan” sebelum “pembakaran” yang melanda sebagian besar dunia. Tegasnya, Perang Pasifik adalah bagian dari Perang Dunia-2.

    Perang Dunia-2 adalah perang yang terbilang ruwet jika kita hanya berfokus pada dikotomi Barat-Timur. Perang ini mencakup konflik Barat-Barat, Timur-Timur dan Barat-Timur. Dengan demikian Perang Pasifik mencakup konflik Barat-Timur dan Timur-Timur.

    Para “pemain” Perang Dunia-2 terbagi 2 kelompok yaitu Sekutu dan Poros. Pemain utama Sekutu adalah Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, Uni Soviet (US) dan Cina. Adapun pemain utama Poros adalah Jerman, Jepang dan Italia. Khusus Perang Pasifik, konflik Barat-Timur nyata dari perang antara AS, Inggris dan kemudian US melawan Jepang. Mengenai konflik Timur-Timur adalah Cina melawan Jepang.

    Tetapi umumnya cenderung berfokus dari Perang Pasifik adalah segi konflik Barat-Timur – khususnya bagi yang pernah mengalaminya – karena sebagian besar wilayah Asia-Pasifik dikuasai imperialis Barat, termasuk Indonesia. Penilaian tersebut diperkuat oleh propaganda Jepang yang terbilang berani yaitu “Asia untuk orang Asia” dan Jepang ingin memiliki citra pembebas Timur dari imperialis Barat.

    Tetapi jelas pula bahwa Jepang tidak murni membela Timur, propaganda tersebut dirusak oleh rasa unggul diri dibanding dengan bangsa lain termasuk Timur. Perilaku kejam Jepang tidak hanya berlaku bagi orang Barat tetapi juga orang Timur. Kekaguman atau kegembiraan yang mungkin sempat muncul nyaris tak bersisa karena kebencian dari penindasan tersebut. Jepang lebih mengejar kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan sesama Timur.

    Propaganda “Asia untuk orang Asia” mungkin lebih ampuh ketika Jepang kalah dan imperialis Barat mencoba hadir kembali ke wilayah bekas jajahannya semisal kolonial Belanda kembali ke Indonesia. Sesudah Perang Pasifik, tampil gerakan kuat anti imperialis Barat bukan hanya di wilayah bekas taklukan Jepang tetapi juga wilayah jajahan Barat yang tidak sempat ditaklukan Jepang.

    Gejolak di Asia menyebar ke dunia Timur lain yaitu Afrika. Muncul negara-negara baru bagai jamur tumbuh di musim hujan. Hal tersebut memaksa imperialis Barat mencari cara baru untuk tetap unggul dan agaknya hal tersebut telah ditemukan dan dilaksanakan.

    Perang Pasifik, walaupun adalah peristiwa yang pahit tetap harus diakui telah mengubah wajah Asia-Pasifik termasuk Indonesia. Sulit membayangkan wajah Indonesia – waktu itu disebut “Hindia Belanda” – tanpa perang tersebut. Perang tersebut telah “mempercepat” kemerdekaan Indonesia mengingat gerakan kemerdekaan yang berlangsung sejak abad-16 belum sukses mengantar Indonesia kepada kemerdekaan. Sejak awal abad-20 corak perlawanan adalah politik setelah sebelumnya corak militer gagal mengusir kolonialis. Perlawanan politik perlu waktu lama untuk mewujudkan kemerdekaan. Serbuan pasukan Jepang adalah tantangan yang tak dapat dibendung oleh kolonial Belanda. Jepang hanya perlu waktu sekitar 3 bulan untuk merebut Nusantara.

    Kekejaman Jepang makin menggelorakan semangat kemerdekaan, dan ketika Jepang dipaksa menyerah oleh Sekutu hasrat merdeka terwujud dengan proklamasi kemerdekaan dan tak dapat dibendung oleh Jepang dan imperialis Barat.

    LATAR BELAKANG

    Umumnya orang menilai bahwa imperialisme Barat bermula pada abad-16, hal tersebut berdasar fakta bahwa pada abad tersebut pelaku imperialis tersebut tidak hanya 1 bangsa tetapi beberapa bangsa. Demikian pula korbannya, juga terdiri dari beberapa bangsa.

    Padahal imperialisme Barat telah ada sejak sebelum Masehi. Penaklukan oleh Alexander Yang Agung dari Kerajaan Macedonia sejauh Asia Tengah pada abad-4 sebelum Masehi adalah contoh imperialisme Barat.

    Pada perioda 500-1500 dunia Barat mengalami apa yang disebut “Zaman Kegelapan” (Dark Ages) atau “Zaman Pertengahan” (Middle Ages). Dunia Barat kehilangan capaian kemanusiaan yang pernah diraih sebelumnya yaitu sekitar perioda 1000 BC – 500 AD. Untuk kedua kalinya Barat harus belajar pada Timur yang sukses mempertahankan keunggulan pencapaian kemanusiaan praktis tanpa putus pada sekitar perioda 5000 BC – 1800 AD.

    Masuk abad-16 Barat boleh dibilang mulai bangkit kembali. Peradaban dari Timur dipoles, dikembangkan dan dipercanggih. Perioda 1500-1800 lazim dikenal dengan “Renaissance” (Kebangkitan atau Kelahiran Kembali).

    Tetapi sangat disayangkan bahwa ada ciri buruk dari kebangkitan tersebut yaitu imperialisme. Perkembangan teknologi memudahkan – dan tentu membangkitkan – hasrat imperialisme. Penjelajahan dan penjajahan ke seantero dunia tak terbendung.

    Menaklukan Australia dan Amerika relatif mudah karena penduduknya sedikit dan umumnya masih primitif, tetapi di Asia dan Afrika lebih sulit karena penduduknya banyak dan umumnya telah canggih.

    Sekitar abad-18 muncul gerakan kebangkitan berikut yang disebut “Aufklarung” (Pencerahan), dengan ciri sebagai berikut:

    1. Revolusi Industri di Inggris, yang umumnya dianggap bermula dari penemuan mesin uap oleh James Watt pada 1769.
    2. Revolusi Amerika (1775-83), usaha pemukim Eropa di Amerika Utara lepas dari negara induk yaitu Kerajaan Inggris dan membentuk Republik Amerika Serikat. Kelak AS menjadi superpower sejak abad-20.
    3. Revolusi Perancis (1789-1815), usaha rakyat Perancis menghapus monarki dan kelak akan menampilkan negara imperialis terbesar kedua pada abad-19.

    Akibat dari Aufklarung dapat dirasakan pada abad-19, dari 1800 hingga kini untuk pertama kalinya Barat mengungguli Timur. Usaha Timur untuk membendung keunggulan Barat banyak gagal.

    Nyaris mirip dengan Barat, gerakan kebangkitan di Timur lebih banyak dihambat oleh kalangan intern. Kelompok yang anti kebangkitan tidak ragu untuk minta bantuan imperialis Barat menumpas setiap gerakan kebangkitan. Dengan demikian gerakan kebangkitan di Timur kadang menghadapi lawan intern sekaligus ekstern.

    Contoh tantangan intern maupun ekstern dapat kita temui dalam sejarah Perang Paderi (1821-37) di Minangkabau. Perang tersebut berawal dari tantangan kelompok anti kebangkitan terhadap gerakan kebangkitan yang dikenal dengan gerakan “Paderi”. Gerakan tersebut melaksanakan kebangkitan dengan cara pemurnian pemahaman dan pengamalan agama Islam. Mereka yakin bahwa pemahaman dan pengamalan Islam yang tercampur berbagai faham yang dianggap bertentangan dengan Islam telah membawa keruntuhan moral masyarakat. Faham pemurnian tersebut dibawa dari Arabia. Muhammad bin ‘Abdul Wahhab membentuk gerakan pemurnian sebagai dasar kebangkitan dengan nama “Muwahhid” (Kelompok Monotheis), tetapi akan lebih dikenal dengan nama “Wahhabi”. Perbedaannya adalah gerakan Wahhabi mendapat tantangan hanya dari intern, sedangkan Paderi mendapat tantangan dari intern dan ekstern. Kelompok anti kebangkitan minta bantuan imperialis Barat menumpas Paderi. Nasib yang mungkin mirip dengan Paderi adalah al-Qa-idah, dipimpin Usamah bin Ladin. Propaganda imperialis Barat mampu mempengaruhi Timur untuk melawan gerakan tersebut.

    Kembali pada pokok masalah, mengingat bahwa Perang Pasifik dikobarkan oleh Jepang maka perlu dijelaskan walau mungkin sekilas latar belakangnya.

    Bangsa Jepang adalah termasuk rumpun (keluarga bangsa) Mongoloid, ciri umumnya adalah mata sipit, kulit putih atau kuning (menurut mata orang Barat), tinggi relatif sedang atau pendek. Yang juga termasuk rumpun ini adalah Cina, Korea, Tibet, Manchu dan Mongolia. Rumpun ini masuk bergelombang dari Cina melalui Korea masuk Jepang sekitar menjelang tarikh Masehi dan kelak kita kenal dengan bangsa Jepang. Di tempat baru mereka menemukan kepulauan yang kaya sumber laut tetapi miskin sumber tambang.

    Letak Jepang yang sedemikian rupa cenderung menciptakan ketertutupan dan keterasingan dari pengaruh luar selama berabad-abad. Hal tersebut berakibat bangsa Jepang termasuk bangsa sangat homogen, dengan demikian orang Jepang yang maju perang melawan Barat pada tahun 1941 adalah keturunan langsung – nyaris tanpa campuran – dari suku-suku primitif yang menyeberang dari daratan Asia tersebut. Hingga kekalahan Jepang tahun 1945 tidak sampai 1% campuran dengan bangsa lain.

    Sekitar abad-6 berangsur-angsur Jepang menjalin hubungan dengan Cina, negeri dengan penduduk yang berperadaban canggih. Hubungan tersebut membawa Jepang dari corak primitif ikut dalam arus besar peradaban Timur. Huruf Jepang contohnya, adalah huruf Cina yang telah mengalami proses alih tulis yang lama.

    Jepang memang dikenal sebagai bangsa peniru, tetapi selama berabad-abad segala pengaruh luar tersebut disesuaikan dengan identitas Jepang. Dengan demikian Jepang sekian lama mampu memperkaya peradaban tanpa perlu kehilangan kepribadian.

    Sistem pemerintahan Jepang menempatkan kaisar sebagai lambang, kaisar dianggap sebagai keturunan tuhan matahari dan berbagi status dengan rakyatnya. Dengan demikian rakyat juga memiliki status ketuhanannya.

    Penempatan kaisar secara demikian berdasar pemikiran bahwa kaisar adalah sosok sempurna, dengan demikian berbagai ciri ketidaksempurnaan yang lazim pada manusia semacam kita semisal salah, gagal, ceroboh atau bodoh harus dihindarkan. Kaisar harus berjarak dengan masyarakat, walau hadir di dunia tetapi harus terkesan berada pada “negeri di awan” dan pemerintahan duniawi diserahkan kepada siapapun yang kebetulan berkuasa. Sebab jika kaisar terlibat dalam membuat ketetapan yang terkait dengan masyarakat, dikhawatirkan jika ketetapan tersebut ada yang ditolak umum maka akan menjatuhkan martabat kaisar menjadi manusia biasa, yang dapat bertindak bodoh atau ceroboh.

    Dalam agama asli Jepang yaitu Shinto, pemujaan berpusat pada kaisar. Dengan demikian kaisar adalah imam. Agama ini tidak memuat hukum dan moral tetapi hanya ritual terhadap keajaiban alam.

    Sejarah awal Jepang boleh dibilang masih misteri, sebagian besar berbentuk dongeng yang tentunya sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiyah. Walaupun menurut dongeng kaisar pertama adalah Jimmu sekitar perioda 700-600 BC, info yang layak dipercaya berasal dari abad-7.

    Pada abad-7 berkuasa keluarga Kamatari Fujiwara yang berlangsung hingga abad-12. Pada perioda tersebut hubungan dengan dunia luar berlangsung lebih giat. Dari hubungan tersebut Jepang mengenal agama Budha dan budaya Cina.

    Secara umum rezim ini ramah, konon selama sekitar 500 tahun tidak ada hukuman mati karena politik. Rezim ramah tersebut akhirnya ditumbangkan oleh tokoh-tokoh militernya sendiri yang kelak membentuk rezim, dikenal dengan rezim “Shogun” (1192-1868). Pada perioda ini benih militerisme muncul, keberanian atau bahkan kekejaman dihargai.

    Sekitar 30 tahun rezim ini hadir, tampillah sekelompok masyarakat atau kasta baru yang dikenal dengan nama “samurai”, pendekar yang menjunjung keberanian dan meremehkan kematian demi martabat. Sering tampil dalam naskah kuno sebagai manusia berbaju zirah dan bersenjata pedang. Bagi samurai pedang adalah simbol status.

    Waktu berjalan terus. Sebagaimana umumnya bangsa lain, Jepang juga mengalami konflik dengan bangsa lain dalam bentuk percobaan penaklukan. Pada abad-13 Jepang mendapat serbuan dari bangsa Mongol, yang telah menaklukan wilayah terbentang dari Korea hingga Polandia. Usaha tersebut gagal. Dan usaha Jepang menaklukan luar negeri juga gagal pada abad-16. Sejak itu Jepang tidak terlibat penaklukan hingga abad-19.

    Walaupun menyerap pengaruh luar, rasa unggul diri begitu kuat sehingga sejak abad-17 hingga abad-19 praktis Jepang menutup diri begitu ketat yang dikenal dengan “politik isolasi”. Pada perioda tersebut Jepang mengalami perioda unik dalam sejarah manusia yaitu perdamaian tanpa putus sekitar 250 tahun. Tetapi hal tersebut harus dibayar mahal, karena pengawasan ketat rezim Shogun yang sulit memungkinkan bangsa itu untuk berkembang. Ketika isolasi dibuka pada sekitar pertengahan abad-19, Jepang mirip dengan Barat abad-16. Tertinggal sekitar 300 tahun.

    Usaha membuka diri Jepang dilaksanakan AS. Armada kecil AS pimpinan Matthew Calbraith Perry dikirim ke Jepang untuk menjalin hubungan pada 1853. Setelah serangkaian perundingan tercapai kesepakatan disebut “Perjanjian Shimoda” tahun 1854. Intinya adalah AS diizinkan menempatkan konsul di Jepang dan beberapa pelabuhan dibuka untuk persinggahan kapal AS.

    Sukses tersebut ingin ditiru oleh bangsa Barat lain, tapi dengan niat lebih rakus. Semisal Inggris mencoba mengulang sukses di Cina, Inggris belum lama menang perang dan Cina dipaksa melepas Hongkong. Imperialis Barat ingin mendapat tempat berpijak berbentuk jajahan di Jepang, hanya istilahnya diperhalus yaitu “hak luar wilayah”.

    Kehadiran orang asing menampilkan gejolak. Pemerintah dinilai gagal melindungi Jepang. Tanpa sadar rezim Shogun sukses melindungi kaisar dari kegagalan tersebut dengan cara mengasingkan kaisar dari masyarakat. Revolusi bermula pada 1860 ketika sekelompok samurai mengobarkan pemberontakan. Pemberontakan tersebut sukses mengakhiri rezim Shogun. Status kaisar diubah dari sekedar lambang belaka, beberapa wewenang yang sekian lama “terlarang” jadi diberikan dan Mutsuhito dilantik menjadi kaisar dengan corak demikian tahun 1867. Perioda pemerintahannya lazim disebut “Restorasi Meiji”. Kaisar ini bertahta hingga 1912.

    Dengan didampingi para penasihat yang handal, kaisar mencoba mengubah Jepang dari ketertinggalan menjadi modern. Hal tersebut harus dilaksanakan dengan cara belajar di luar, mengingat Cina tidak dapat diharapkan lagi maka pilihan diarahkan ke Barat. Banyak orang Jepang belajar ke negeri-negeri Barat, antara lain demokrasi. Tetapi untuk kesekian kali Jepang meniru sambil menyesuaikan. Parlemen atau dikenal sebagai “diet” dibagi 2, majelis tinggi diisi para ningrat dan majelis rendah diisi para pilihan rakyat. Tentu saja majelis tinggi berwenang membatalkan ketetapan dari majelis rendah.

    Penghapusan kasta samurai adalah contoh lain modernisasi. Membawa senjata tidak lagi hanya menjadi hak mereka, juga memiliki tentara sendiri. Sebagai gantinya dibentuk angkatan perang tunggal nasional, pembentuknya adalah Jenderal Aritomo Yamagata.

    Dengan usaha serius untuk maju, Jepang memiliki rakyat paling terdidik di Timur. Pada awal abad-20 sekitar 90% warga melek huruf.
    Pembangunan industri yang pesat menghadapkan Jepang pada masalah serius: kebutuhan dengan sumber daya alam dan wilayah pemasaran. Mau tak mau Jepang harus menoleh ke luar negeri untuk menyelesaikan 2 masalah tersebut dengan sekali perhitungan. Jalan keluarnya: penaklukan luar negeri! Jepang agaknya tidak ingin kalah pula dengan Barat dalam perkara ini. Penaklukan memungkinkan meraih suatu wilayah untuk dikeruk sumber daya alamnya dan tempat menjual hasil-hasil industrinya.

    Wilayah pertama yang dicaplok adalah Kepulauan Kurile dari Rusia pada 1875, berikutnya adalah mencaplok Kepulauan Ryukyu dari Cina pada 1879. Perang Cina-Jepang I (1894-5) menghasilkan pulau Formosa (kini Taiwan).

    Tetapi peristiwa yang lebih menggemparkan adalah Perang Rusia-Jepang (1904-5). Peristiwa ini tak dapat disangkal lagi memang murni konflik Barat-Timur, Jepang sukses mengalahkan Rusia padahal militer Rusia jauh lebih kuat, ketika itu Rusia memiliki personal militer berjumlah sekitar 4.500.000 orang dan Jepang hanya sekitar 283.000 orang. Rusia harus melepas antara lain Sakhalin Selatan dan Manchuria Selatan.

    Sadar tidak sadar Jepang telah meruntuhkan mitos keunggulan ras Barat dan menyadarkan Timur akan potensi diri sendiri. Gerakan anti kolonial yang secara umum lesu seakan mendapat kesegaran lagi, termasuk di Hindia Belanda.
    Sebagaimana telah disebut di atas bahwa Jepang tidak murni membela Timur, mementingkan diri sendiri jelas prioritas pertama dan utama. Hingga peristiwa Pearl Harbor, Jepang justru lebih banyak berperang dengan sesama Timur dari pada Barat.

    Pada tahun 1910 Korea dicaplok, Manchuria selebihnya mendapat giliran pada 1931 dari Cina. Pada Perang Dunia-1 (1914-8) Jepang bersama dengan beberapa negara Barat tergabung dalam kelompok Sekutu melawan kelompok Sentral dengan Jerman sebagai anggota terkuatnya. Perjanjian Versailles 1919 mengakui pencaplokan Jepang terhadap jajahan Jerman mencakup Provinsi Syantung di Cina, juga Kepulauan Marshall, Kepulauan Mariana dan Kepulauan Carolina di Samudera Pasifik.

    Rekan Jepang dalam Sekutu yaitu AS dan Inggris cemas dengan kemajuan penaklukan itu. Mereka mencoba membatasi Jepang dengan mengundang Jepang ikut konferensi yang dikenal dengan “Konferensi Angkatan Laut” di Washington tahun 1922. Hasilnya sungguh memukul martabat Jepang, konferensi tersebut menetapkan kekuatan armada AS : Inggris : Jepang sebesar 5 : 5 : 3. Sedikit menghibur Jepang adalah kesepakatan AS-Inggris untuk tidak membangun kubu pertahanan baru di Asia-Pasifik.

    Pencaplokan Manchuria dari Cina ternyata mendapat reaksi keras. Jepang memilih keluar dari Liga Bangsa Bangsa, organisasi yang dibentuk pasca Perang Dunia-1 untuk menjaga perdamaian dunia. Proyek penaklukan tetap diteruskan. Jepang menilai segala pembatasan tersebut adalah bentuk kelicikan Barat. Barat dianggap berlomba-lomba meraih jajahan, tetapi ketika Jepang ikut main mendadak Barat ingin menghentikan permainan – tentunya setelah mendapat banyak yang diinginkan – dan menciptakan citra penuh kebajikan.
    Krisis ekonomi sedunia 1929 ikut memukul Jepang, beberapa usaha tutup dan jutaan orang menganggur. Suasana tersebut menampilkan radikalisme: Jepang perlu perubahan drastis berupa pembaharuan ke dalam dan penaklukan ke luar.

    Yang mampu mengambil untung dari krisis tersebut adalah nasionalis fanatik yang dikenal dengan istilah “jingo”, kelompok ini mencakup sipil dan militer. Mereka menginginkan pemurnian Jepang, mereka mencela banyak tiruan dari Barat. Untuk itu mereka tidak ragu membunuh para lawannya, beberapa tokoh pemerintah dibunuh.

    Setahap demi setahap mereka meraih kekuasaan, Diet ditekan untuk memberi berbagai ketetapan yang menjurus pada pemberangusan demokrasi. Pada tahun 1940 Diet praktis bersih dari para penentang militerisme dan chauvinisme. Jepang menjadi mesin totaliter dengan tokoh-tokoh berdedikasi semisal Hideki Tojo, Koki Hirota dan Sadao Araki.

    Penaklukan berlanjut. Siasat memancing konflik di Jembatan Marco Polo Peking mengobarkan Perang Cina-Jepang II (7/7/1937 – 2/9/1945). Hanya waktu 2 tahun yang diperlukan untuk merebut sekitar 30% wilayah Cina. Cina dipaksa melepas pesisirnya dan terkurung. Jalan ke dunia luar hanya “Jalan Sutra” dan “Jalan Birma”. Di Cina propaganda “Asia untuk orang Asia” praktis tidak laku, Cina adalah negara merdeka dan tentu saja bangsa Cina menjadi majikan di negeri sendiri. Hanya sedikit wilayah Cina dikuasai asing dan orang Cina di wilayah kekuasaan asing praktis sepakat bahwa dijajah Barat masih lebih baik dari pada dijajah Jepang. Kekejaman yang ditampilkan pasukan Jepang membangkitkan kebencian rakyat Cina dan mereka melawan. Walau serba kekurangan dan terpecah belah, Cina mampu bertahan hingga usai Perang Pasifik. Jelas konflik Cina-Jepang adalah konflik Timur-Timur, bukan Barat-Timur.

    Perang di Cina makin mencemaskan Barat, simpati diberi kepada Cina. Perasaan tersebut sangat kuat hadir di AS tetapi membantu bukan berarti ikut perang, walau Cina berharap AS ikut. Bantuan diberi dalam bentuk pinjaman atau sumbangan.

    Negara yang cemas juga dengan gerak maju Jepang adalah US. Negara ini adalah pengganti Kerajaan Rusia, kerajaan tersebut berakhir pada 1917 akibat Revolusi Rusia. Setelah perang saudara yang mengerikan kaum komunis memastikan diri menjadi penguasa di bekas kerajaan itu.

    Pemimpin pertama US yaitu Lenin wafat tahun 1924 dan diganti Josef Stalin. Tanpa membuang waktu dia memantapkan kekuasaannya dengan kejam, para penentangnya disingkirkan hingga nyaris tak bersisa. Pada perioda 1930-an, dengan cemas Stalin melihat kekuatan yang berpotensi mengepung yaitu Jerman yang dikuasai Nazi sejak 1933 di sisi barat dan Jepang yang berbatasan langsung di sisi timur. Sejak 1933 dia membangun militer yang kuat sambil tak lupa membersihkan siapa yang dicurigai sebagai penentang, termasuk dalam militer.

    US menjalin hubungan dengan Cina berdasar pakta “tidak saling menyerang”, pakta tersebut memuat ketentuan rahasia yaitu memberi bantuan militer kepada Cina. US menilai Cina adalah penghalang ambisi Jepang di Asia Timur. Sementara Jepang sibuk dengan Cina, US memperkuat diri.

    Yang dicemaskan Stalin terbukti kebenarannya, bentrokan US-Jepang terjadi pada bulan April 1939 dan berakhir pada bulan September 1939. US menang, agaknya Stalin bertekad Rusia tak boleh kalah lagi.

    Stalin dengan cerdik menghindar dari konflik 2 front sekaligus, pada 23 Agustus 1939 terwujud pakta “tidak saling menyerang” antara Soviet dengan Nazi. Pakta tersebut memuat ketentuan rahasia membagi Eropa menjadi 2. Pelaksanaan pakta tersebut pertama di Polandia, Jerman menyerbu pada 1 September dan US menyerbu pada 17 September dan membagi negeri malang tersebut. Beberapa anggota Persemakmuran Inggris, Perancis dan Polandia bergabung dalam kelompok yang disebut “Sekutu” melawan Jerman.

    Pada 10 Mei 1940 pasukan Jerman menyerbu Perancis,Belanda, Belgia dan Luxemburg. Perancis dan Belanda memiliki jajahan di Asia Tenggara, wilayah yang diincar Jepang. Terutama Hindia Belanda! Penaklukan negeri induk oleh Jerman memperlemah negeri jajahan.

    Pasukan Jepang masuk Indocina Perancis pada tahun itu juga tanpa perlawanan karena bulan Juni Perancis menyerah kepada Jerman. Rezim pro Jerman dibentuk dipimpin Jenderal Henri Petain. Jepang membiarkan urusan dalam negeri Indocina tetap dipegang Perancis karena wilayah tersebut hanya diperlukan Jepang untuk pangkalan militer.

    Pada 27 September 1940 Jerman, Jepang dan Italia mengikat diri dalam persekutuan yang disebut “Tripartite Pact” (Pakta Tiga Fihak), kelompok ini dikenal dengan sebutan “Poros” sebagai lawan Sekutu. Beberapa negara kemudian bergabung dengan Poros, tetapi jumlah anggota Sekutu lebih banyak.

    Untuk memastikan bahwa Jepang tidak diserang dari belakang ketika berperang di Pasifik, Jepang membuat pakta non agresi dengan US pada April 1941. Pakta tersebut jelas menggembirakan Stalin, dia tahu niat Jerman akan menyerbu US walau ada pakta non agresi yang dibuat Menteri Luar Negeri Vyacheslav Molotov dengan Menteri Luar Negeri Joachim von Ribbentrop pada Agustus 1939 sebagai tersebut di atas. Bagi Stalin, persoalannya adalah bukan apakah Jerman akan menyerbu tetapi kapan menyerbu. Pakta non agresi dengan Jepang memungkinkan Stalin memusatkan kekuatan untuk kelak melawan Jerman.

    Gelagat Jepang untuk menaklukan Hindia Belanda makin jelas karena wilayah tersebut adalah tujuan pokok perang yang akan dikobarkan kelak. Rezim kolonial berusaha memanfaatkan waktu untuk memperkuat diri. Warga pribumi diizinkan mendapat latihan militer sekaligus memberlakukan pembatasan terhadap aktivis kemerdekaan.

    AS mencoba untuk membendung ambisi agresi Jepang dengan embargo, Inggris dan Belanda diajak bergabung. Usaha tersebut sukses, embargo 3 negara tersebut berlaku bulan Juli 1941.

    Embargo tersebut memukul Jepang, negara miskin sumber alam, penduduk banyak, wilayah sempit dan masuk jalur gempa bumi pula. Karena itu Jepang mencoba berunding dengan AS sambil menghimpun kekuatan jika perundingan gagal.

    AS sudah menduga bahwa perundingan akan gagal. Jepang mustahil memenuhi tuntutan untuk menghapus negara ciptaan Jepang yaitu Manchukuo, menarik kekuatan militernya dari Cina dan Indocina.
    Jepang menilai bahwa untuk menguasai Pasifik haruslah lebih dulu melumpuhkan kekuatan AS di kawasan tersebut. Pandangan terarah ke Hawai, tepatnya pangkalan militer AS di Pearl Harbor. Rencana disusun: serangan ke Pearl Harbor harus langsung disusul dengan gerak maju di wilayah lain yang diincar.

    Ada hal yang boleh dibilang masih misteri atau kontroversi, suatu pendapat dari Robert B. Stinnet dalam buku “Day Of Deceit” (2001) yang menyatakan bahwa sesungguhnya beberapa tokoh pemerintah termasuk Presiden Franklin Delano Roosevelt sudah tahu niat Jepang, tetapi membiarkan saja karena ada tujuan yang lebih besar yang ingin di capai. Roosevelt ingin AS ikut Perang Dunia-2 dengan tujuan menolong Sekutu melawan Jerman, tetapi mayoritas rakyat AS enggan terlibat walaupun bersimpati pada Sekutu. Untuk membangkitkan minat rakyat untuk terlibat, Roosevelt menugaskan seseorang bernama Arthur H. MacCollum untuk menyusun rekayasa supaya Jepang terpancing menyerang AS, tidak mengapa muncul korban jika memang diperlukan untuk membangkitkan gairah rakyat. Logikanya, jika Jepang berperang dengan AS maka rekan utama Jepang di Eropa yaitu Jerman dan Italia ikut menyatakan perang dengan AS. Dengan demikian rakyat tidak melihat alasan untuk enggan terlibat perang.

    Rekayasa tersebut sukses, pada 7 Desember 1941 Pearl Harbor diserang dengan korban di fihak AS sekitar 2500-3000 orang tewas dan kekuatan AS di Pasifik lumpuh karena beberapa kapal, pesawat serta fasilitas lain rusak. Pada 8 Desember AS menyatakan perang dengan Jepang, Jerman dan Italia menyatakan perang dengan AS pada 11 Desember. Keikutsertaan AS berperang berlangsung lancar karena didukung mayoritas rakyat. Adapun kerugian di Pearl Harbor dapat dipulihkan dalam waktu relatif singkat mengingat AS adalah negara wilyah luas, sumber alam kaya dan teknologi canggih.

    (IN SYAA ALLAAH BERSAMBUNG)

    Suka

  6. JEPANG, (MANTAN) PENJAJAH YANG CENDERUNG TERLUPAKAN

    Oleh : Indra Ganie

    Tulisan ini untuk mengenang 70 tahun (1945 – 2015) Kapitulasi Jepang yang mengakhiri Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), sekaligus mengenang Proklamasi 1945. Proklamasi 1945 merupakan pernyataan kehendak bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, antara lain membentuk negara untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan : berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.

    Tulisan ini dipersembahkan kepada seluruh anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus sebagai bakti saya kepada para pahlawan – antara lain dari keluarga saya.

    Setiap bangsa atau kelompok masyarakat memiliki sejarah dan ingatan bersama (collective memory) tentang apa yang telah dilaluinya di masa silam, tak terkecuali kelompok masyarakat yang disebut “bangsa Indonesia”. Bangsa ini memiliki sejarah yang terbilang panjang – termasuk sejarah penjajahan. Dari sekian fihak yang pernah menjadi penjajah di negeri ini, Belanda adalah penjajah yang paling lama hadir atau bercokol. Inilah yang menyebabkan kenangan bersama yang tertanam dalam atau teringat kuat adalah penjajahan Belanda!

    Jika ingin merenung lebih luas lagi, yang sering dikenang sebagai penjajah adalah Eropa, atau “orang Barat” – dan Belanda adalah termasuk mereka. Maka, Barat identiklah dengan penjajah dengan berbagai istilah semisal “imperialis” dan/atau “kolonialis”.

    Kenangan tersebut agaknya tidak keliru karena dasarnya kuat, Barat memiliki riwayat penjajahan yang lama dan luas. Diawali oleh Yunani, disambung oleh Romawi, kemudian berlanjut oleh Spanyol. Portugis, Inggris, Belanda, Rusia, Perancis, Italia, Jerman, bahkan Belgia – negeri kecil yang berontak untuk lepas dari Belanda juga tak mau ketinggalan. Penjajahan (lagi) oleh Barat yang dimulai pada abad-16 mencapai puncak kejayaannya pada abad-20, saat Perang Dunia-2 dimulai sekitar 80% planet ini dikuasai Barat – dengan bermacam istilah semisal “koloni”, “persemakmuran” atau “protektorat”. Sungguh “malang” nasib Belanda (atau Barat pada umumnya), citra sebagai penjajah tak pernah lenyap dari ingatan. Cenderung terlupakanlah bahwa Indonesia khususnya – kawasan Asia-Pasifik umumnya – pernah mengalami penjajahan yang “bukan Barat”, yaitu Jepang.

    Agaknya Jepang cukup “mujur”, citra sebagai (mantan) penjajah kurang disimak atau diingat. Penjajahan Jepang yang berujung pada kekalahannya akibat Perang Dunia-2 ternyata mengandung hikmah untuk jangka panjang. Penjajahan Jepang yang paling lama adalah diTaiwan – kini dikenal dengan “Republik Cina”, yaitu 50 tahun. Sungguh beda dengan penjajahan Barat, berlangsung selama ratusan tahun – antara lain di Indonesia. Untuk Indonesia, penjajahan Jepang “hanya” berlangsung 3,5 tahun.

    Penjajahan Jepang yang terbilang singkat tersebut makin “tertolong” untuk dilupakan dengan fakta bahwa setelah Jepang kalah, Indonesia kembali mengalami kekuasaan Barat. Walau ada proklamasi kemerdekaan dan penegasan dalam konstitusi bahwa wilayah yang disebut “Republik Indonesia” mencakup bekas wilayah Hindia Belanda, namun dengan begitu cepat kekuatan kolonial Barat – dengan istilah “Sekutu” – yang merupakan gabungan Persemakmuran Inggris dan Belanda kembali hadir dan merebut sebagian besar wilayah yang dituntut sebagai wilayah Republik Indonesia. Kekuasaan Barat yang sempat pulih pada 1945 di bekas wilayah Hindia Belanda baru berakhir pada 1962, ketika Belanda harus melepas Irian Barat. Dengan kata lain, penjajahan Jepang sudah singkat, terjepit pula.

    Fakta tersebut di atas mempengaruhi dunia ilmiah atau akademis, begitu banyak atau relatif mudah menemukan kajian ilmiah, penelitian atau karya tulis tentang penjajahan Belanda / Barat. Begitu sedikit atau relatif sulit menemukan hal serupa tentang penjajahan Jepang. Akibatnya, makin “membantu” memperkuat ingatan bersama bangsa ini tentang penjajahan Barat dan makin mengurangi ingatan tentang penjajahan Jepang. Bagi penulis – yang terbilang gemar sejarah, ada suatu kejenuhan menelusuri sejarah penjajahan Barat dan mulai tertarik menelusuri penjajahan Jepang.

    Bahwa penjajahan Jepang terbilang singkat dan terjepit 2 perioda kekuasaan Barat, bukanlah alasan untuk menganggap bahwa perioda tersebut tidak memberi bekas atau pengaruh pada kita. Warisan penjajahan Jepang begitu dekat – bahkan lekat dengan hidup keseharian kita namun cenderung tidak terasa.

    Pertama, kemerdekaan yang kini kita rasakan sekaligus negara yang kita miliki. Prosesnya tidak terlepas dari pengaruh Jepang. Pembentukan “Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia” dan “Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia” sebagai bagian dari langkah menuju Indonesia merdeka, adalah prakarsa Jepang. Walau jadwal proklamasi kemerdekaan dapat dipercepat dari jadwal yang direncanakan Jepang, jika sudi direnungkan maka sukarlah untuk menghilangkan kesan bahwa Republik Indonesia sekian persennya adalah buatan Jepang. Penyusunan konstitusi yang menjadi dasar penetapan arah, tujuan dan kelengkapan negara jelas berada dalam lingkup 2 organisasi bentukan Jepang tersebut.

    Kedua, sistem keamanan lingkungan yang dikenal dengan rukun warga, rukun tetangga, pertahanan sipil (hansip) – yang kini disebut satuan pengaman (satpam). Jepang yang pertama memperkenalkan konsep tersebut. Ada 2 tujuan sekaligus yang ingin dicapai oleh pemerintah Jepang, sebagai bagian dari pengerahan rakyat semesta melawan Sekutu dan upaya mengawasi masyarakat hingga unit terkecil dari kemungkinan subversi, infiltrasi dan sabotase.

    Ketiga, barang-barang “made in Japan” yang kini merajai pasaran semisal otomotif. Pada zaman kolonial Belanda, mobil buatan Barat merajai jalanan seantero Hindia Belanda – dan tentu saja jumlahnya tidak seramai sekarang. Nah, coba saksikan sekarang, mungkin 99% mobil dan sepeda motor yang “merajalela” di jalanan adalah merk Jepang semisal Toyota, Daihatsu, Honda dan lain-lain.

    Penulis berharap, tulisan sederhana ini merangsang hasrat untuk menelusuri atau meneliti lebih jauh tentang perioda penjajahan Jepang, yang pada gilirannya akan menghasilkan tulisan atau kajian lebih banyak lagi tentang hal tersebut. Penulis menilai bahwa penjajahan Jepang memang singkat tetapi padat. Padat dengan perubahan dan tentu saja padat dengan penderitaan. Sekitar 4.000.000 orang tewas akibat kekejaman dan kelalaian, sungguh tragis dan ironis. Indonesia tak pernah berperang dengan Jepang selama Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945), namun mengalami jumlah korban tewas pada urutan nomor 4 – dibawah jumlah korban tewas yang diderita Polandia yaitu sekitar 6.000.000. Jika Polandia sangat menderita, karena ada perlawanan cukup berat terhadap Nazi. Rakyat Indonesia dibiarkan tak berdaya ketika kolonial Belanda dipaksa menyerah saat Kapitulasi Kalijati 8 Maret 1942 – tanpa perlawanan berarti. Belanda menyatakan perang melawan Jepang namun rakyat Indonesia yang menanggung akibatnya, dan status keadaan perang tersebut masih berlangsung hingga 1958, ketika pemerintah Republik sepakat dengan pemerintah Jepang untuk mengakhirinya. Perjanjian pampasan perang yang merupakan awal terjalin hubungan diplomatik ternyata masih menyisakan masalah. Pampasan perang yang telah dibayar oleh Jepang dengan berbagai skema relatif tidak banyak dinikmati oleh rakyat Indonesia karena praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Belakangan terungkap bahwa perjanjian pampasan perang tersebut belum mencakup segala penderitaan rakyat Indonesia selama pendudukan Jepang (8/3/1942 – 17/8/1945). Dengan berbagai cara pemerintah Jepang mencoba mengelak dari tanggungjawab sejarah yang masih tersisa, atau berusaha memenuhi tuntutan sesedikit mungkin. Makin menyakitkan lagi bahwa pemerintah Republik cenderung diam atau kurang peduli.

    Perlu diketahui pula bahwa penjajahan Jepang tidak berhenti pada tahun 1945. Sejak hubungan diplomatik terjalin, sambil membayar pampasan perang dan memberi bantuan dalam bentuk lain Jepang berusaha mencari peluang untuk mempengaruhi atau menguasai Indonesia secara pelan-pelan. Bantuan Jepang untuk Indonesia sebagian besar adalah berbentuk hutang, yang jelas membebani APBN kita – yang semestinya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia.

    Berdasar pernyataan tertanggal 7 Maret 2007 dari Jaringan Anti Penjajahan Jepang – gabungan sejumlah organisasi semisal Arus Pelangi, INFID, Koalisi Perempuan Indonesia, Migran CARE – ada sejumlah perilaku “tak pantas” yang dilakukan Jepang khususnya terhadap Indonesia antara lain :

    Pertama, Jepang berusaha menutupi kejahatan perang selama perioda 1931-45, khususnya pendudukan di Indonesia 1942-5 yang mencakup antara lain pengerahan secara tipu atau paksa secara masal kaum lelaki untuk kerja paksa (romusha) dan perempuan untuk melayani nafsu “bawah perut” lelaki Jepang (juugun ianfu). Buku pelajaran sejarah cenderung “melembutkan” kisah perang yang dilakukan Jepang sekaligus menampilkan citra Jepang sebagai pembebas Asia dari imperialisme Barat.

    Kedua, terkait dengan point pertama, Jepang gigih menolak meminta maaf apalagi memberi ganti rugi yang pantas bagi para korban.

    Ketiga, pemberian bantuan yang sebagian besar dalam bentuk hutang sebagaimana telah disebut di atas.

    Keempat, hibah barang-barang bekas semisal kereta dan bis. Ini tak lebih merupakan politik “buang sampah” berupa barang bekas. Selain tak lepas dari aroma korupsi, untuk jangka panjang perawatan barang bekas tersebut lebih mahal dibanding beli baru, menimbulkan polusi dan sebagai tambahan menurut penulis adalah pelecehan martabat bangsa karena disodori barang bekas.

    Kelima, praktek perdagangan manusia terutama perempuan dengan modus pengiriman tenaga entertainment ke Jepang yang ujung-ujungnya terjerumus ke dunia prostitusi dan penempatan buruh magang yang faktanya dipaksa bekerja penuh waktu dengan tempat yang beresiko relatif tinggi sekaligus dengan upah murah.

    Pada 20 Agustus 2007 diteken kesepakatan kemitraan “Indonesia Japan Economic Partnership Agreement” antara Perdana Menteri Shinzo Abe dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

    Dilihat dari istilah “kemitraan” atau “partnership”, mungkin ada rasa kebanggaan karena dari istilah tersebut terkesan ada kesetaraan antar Jepang dengan Indonesia. Tidak ada yang merasa lebih tinggi atau menganggap lebih rendah satu sama lain. Padahal siapapun tahu siapa Jepang dan siapa Indonesia.

    Dari pengalaman sejarah, bangsa Indonesia pernah membuat perjanjian dengan bangsa asing antara lain perdagangan – dengan segala dampaknya. Perjanjian dengan bangsa lain bukan ha lasing bagi bangsa ini. Namun, tentu harus difahami bahwa setiap perjanjian perlu dipelajari atau dibahas sejauh mungkin untuk kemanfaatan bersama. Tidak ada yang merasa dirugikan. Perihal perjanjian yang merugikan pun pernah dialami bangsa ini, penyebabnya bisa karena ditipu atau bisa juga dipaksa. Boleh dibilang bangsa ini sudah “kenyang” dengan perjanjian macam itu. Contoh jelasnya, penjajahan yang dialami bangsa ini untuk sekian persennya adalah akibat dari perjanjian yang tidak adil atau tidak jujur .

    Terkait dengan IJEPA, menurut tulisan Samsul Prihatno tertangal 20 Agustus 2007 dengan judul “IJEPA Memperkuat ‘Penjajahan’ Jepang Di Indonesia”, ada sejumlah hal yang berpotensi merugikan Indonesia antara lain :

    Pertama, IJEPA adalah bentuk strategi mengamankan energi Jepang terutama untuk gas dan batu bara. Hal tersebut dpat mengancam ketahanan energi Indonesia karena gas adalah sumber daya tak terbarukan. Krisis energi yang saat ini tengah mengemuka dalam politik global hendaknya menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk melakukan pengamanan pasokan energi di dalam negeri, untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, pertanian dan industri dalam negeri secara berkelanjutan.

    Kedua, komponen peningkatan kapasitas dan asistensi teknis di dalam hubungan “partnership” ini adalah kepentingan Jepang, di mana segala sesuatunya akan didatangkan dan dikelola oleh Jepang. Sementara itu sifat “partnership” ini tidaklah bersifat “dispute mechanism”, artinya Jepang tidak dapat dituntut bila tidak melakukannya. Sementara kesepakatan lainnya bersifat “dispute mechanism”, di mana pihak Indonesia dapat dituntut bila tidak menjalankan disiplin dalam kesepakatan IJEPA ini.

    Masih ada sejumlah hal lain yang berpotensi merugikan Indonesia namun penulis cukupkan mengutip 2 hal di atas, intinya IJEPA adalah bentuk baru penjajahan Jepang di Indonesia.

    Kesimpulan dari tulisan ini, waspadai perilaku bangsa lain – khususnya Jepang – terhadap bangsa ini. Ingat, ada sekitar 1000 perusahaan Jepang di negeri ini, luangkan waktu meneliti bagaimana keadaan para pegawai bangsa Indonesia. Ingat, Jepang adalah negara donor terbesar bagi Indonesia, cermati bagaimana bentuk bantuan untuk Indonesia. Jangan sampai ada penjajahan jilid 2 dari bangsa mana pun. Indonesia adalah negeri yang menggiurkan karena wilayah luas, alam kaya, letak strategis dan penduduk banyak. Indonesia sejak lama menjadi sumber bahan baku sekaligus sumber pemasaran yang melimpah. Inilah yang diincar oleh penjajah segala zaman.

    Salam “MERDEKA” dari anggota keluarga Pejuang 1945

    GANIE, INDRA – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten

    Suka

  7. Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain mempercepat kebangkitan INDONESIA, memulihkan kejayaan INDONESIA, melindungi INDONESIA dari bencana. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

    Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada INDONESIA. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

    Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

    A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

    Bismillahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

    Aamiin

    Bismillaahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

    Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya semuanya.

    Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin. Shalaatan tunjinaa bihaa min jamii’il-ahwaali wal aafaat. Wa taqdhii lanaa bihaa jamii’al-haajaat. Wa tuthahhiruna bihaa min jamii’is-sayyi-aat. Wa tarfa’unaa bihaa ‘indaka a’lad-darajaat. Wa tuballighuna bihaa aqshal-ghaayaati min jamii’ilkhairaati fil hayaati wa ba’dal mamaat.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan umatnya, shalawat yang dengannya kami selamat dari semua ketakutan dan bencana, dan Engkau sucikan kami dari semua kejahatan, Engkau angkat kami ke derajat yang tinggi di sisiMu, dan Engkau sampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dalam hidup maupun sesudah mati.

    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa nuuril anwaar. Wa sirril asraar. Wa tiryaqil-aghyaar. Wa miftaahil baabil yasaar. Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-mukhtaari wa aalihil-ath-haari wa ash-haabihil akhyaar. ‘Adada ni’amillaahi wa afdhaalih.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkah atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penetral duka, dan pembuka pintu kemudahan, junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karuniaNya.

    Allaahumma shalli shalatan kaamilah. Wa sallim salaaman taamman ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-ladzii tanhallu bihil-‘uqad. Wa tanfariju bihil-kuruub. Wa tuqdhaa bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir-raghaa-ibu wa husnul-khawaatim. Wa yustasqal-ghamaamu biwajhihil-kariim. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi’adadi kulli ma’luumin laka.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan salaam yang sempurna pula, kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, yang dengan beliau itu Engkau lenyapkan kesusahan, Engkau tunaikan segala kebutuhan, dan diperoleh segala keinginan dan akhir hidup yang baik, serta diberi minum dari awan berkat wajahMu yang mulia. Juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dalam setiap kejapan mata dan tarikan nafas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.

    Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadinil-habiibil-mahbuub. Syaafil ‘ilali wa mufarrijil-kuruub. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi wa baarik wa sallim.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, kekasih dan yang dikasihi, (dengan izin Allah) penyembuh penyakit dan pelepas kesusahan, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.

    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-awwaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-aakhirin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fin-nabiyyiin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-mursaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil mala-il a’laa ilaa yaumid-diin. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang terdahulu. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang kemudian. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para nabi. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para rasul. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para arwah hingga hari kemudian, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.

    Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa ruuhi Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad fil arwaahi, wa ‘alaa jasadihil fil ajsaadi, wa ‘alaa qabrihi fil qubuuri. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada ruh junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di alam ruh, dan kepada jasadnya di alam jasad, dan kepada kuburnya di alam kubur. Dan kepada keluarga, sahabat dan umatnya semua.

    Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ‘adada in’aamillaahi wa ifdhaalih.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya sebanyak jumlah nikmat Allah dan karuniaNya.

    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.

    Ya Allaah, berilah shalawat serta keselamatan dan keberkahan, untuk junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad SAW dan saudara-saudaranya dari para Nabi dan Rasul, dan istri-istri mereka semua, keluarga mereka, turunan-turunan mereka, dan sahabat-sahabat dari semua Nabi dan Rasul, termasuk Sahabat-Sahabatnya Nabi Muhammad semua dan semua yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW.

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar ra-uufirrahiim
    Laa ilaaha illallah, subhaanal ghafuurirrahim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kariimil hakiim

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci raja yang maha suci
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha bijaksana
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha penyayang
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha bijaksana

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil wafiyy
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal lathiifil khabiir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ma’buud
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuuril waduud
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal wakiilil kafiil

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuat lagi maha memenuhi
    Tiada tuhan selain Allaah, yang maha halus lagi maha mengetahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi yang disembah
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha pencinta
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penolong lagi maha pelindung

    Laa ilaaha illallaah, subhaanar raqiibil hafiizh
    Laa ilaaha illallaah, subhaanad daa-imil qaa-im
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal muhyil mumiit
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil qayyuum
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaaliqil baari’

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengawasi lagi maha memelihara
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi mengurus ciptaannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menghidupkan lagi mematikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus ciptaannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi menjadikan

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliyyil ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil ahad
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal mu’minil muhaimin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal habiibisy syahiid
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal haliimil kariim

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi tunggal
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memberi keamanan lagi maha memelihara
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhanyang maha mencintai lagi maha menyaksikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyantun lagi maha mulia

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil qadiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil aakhir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanazh zhaahiril baathin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril muta-‘aal
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadhil haajat

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang pertama lagi terdahulu
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang awal dan yang akhir
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang nyata lagi yang rahasia
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha tinggi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memenuhi semua keperluan

    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘arsyil ‘azhim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanir rahiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbiyal a’laa
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal burhaanis sulthaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il bashiir

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menguasai singgasana yang besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki bukti kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lagi maha melihat

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil qahhaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil hakiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ghaffaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar ramaanid dayaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril akbar

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi maha mengalahkan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha bijaksana
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha pengampun
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha besar

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil ‘allaam
    Laa ilaaha illallaah, subhaanasy syaafil kaafi
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil baaqii
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ahad
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ardhi was samaawaati

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha memeriksa
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menyembuhkan lagi mencukupi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha kekal
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi esa

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuurisy syakuur
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil ‘aliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil mulki wal alakuut
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ‘izzati wal ‘azhamah
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil haibati wal qudrah

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha membalas
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha mengetahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kerajaan bumi dan langit
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai keagungan dan kebesaran
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan

    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil kibriyaa-i wal jabaruut
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aalimil ghaiib
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hamidil majiid
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hakiimil qadiim

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kebesaran dan kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menegtahui hal ghaib
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha terpuji lagi maha mulia
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan ang maha bijaksana lagi maha terdahulu

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadiris sattaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il ‘aliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamis salaam
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikin nashiir

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuasa lagi maha mnutupi kesalahan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lgi maha mengetahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha damai
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha raja lagi maha penolong

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyir rahmaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qariibil hasanaat
    Laa ilaaha illallaah, subhaana waliyyil hasanaat
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shabuuris sattaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaana khaaliqin nuur

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha pengasih
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha dekat kebaikannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha menguasai kebaikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha penyabar lagi menutupi kesalahan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan menciptakan cahaya

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil mu’jiz
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal faadhilisy syakuur
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil qadim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil jalaalil mubiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaalishil mukhlish

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha mengalahkan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha utama lagi maha berterima kasih
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha terdahulu
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya keluhuran lagi maha menjelaskan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha murni lagi memurnikan

    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shaadiqil wa’di
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal haqqil mubiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil quwwatil matiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil ‘aziiz
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil ladzii laa yamuut

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang benar janjinya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha benar lagi maha menjelaskan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya kekuatan lagi maha kokoh.
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha hidup lagi tidak mati

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamil ghuyuub
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘uuyuub
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘aalamiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanis sattaar

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui yang ghaib
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan maha menutupi semua cacat
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki ampunan lagi dimintai pertolongan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan semesta alam
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha menutupi

    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahiimil ghaffaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil wahhaab
    Laa ilaaha illallaah, subhaana qaadiril muqtadir
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ghufraanil haliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana malikil mulk

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyayang lagi maha pengampun
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha pemurah
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yangmaha kuasa lagi maha memberi kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki semua kerajaan

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal baari-il mushawwir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanallaahi ‘amma yashifun
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal jabbaaril mutakabbir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qudduusis shubbuuh

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi memberi bentuk
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha perkasa
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha membangga
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dari apa yang dianggap oleh orang kafir
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dalam sosok dan sifat

    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil malaa-ikati war ruuh
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil aalaa-I wanna’maa-i
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikil maqshuud
    Laa ilaaha illallaah, subhaana hannaanil mannaan

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan para malaikat dan ruh
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan pemilik tanda-tanda tinggi dan nikmat
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan raja yang menjadi tujuan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih dan pemberi

    Laa ilaaha illallaah, sayyidina aadamu ‘alaihis salaam shafiyyullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina nuuhun ‘alaihis salaam najiyyulaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ibraahiimu ‘alaihis salaam khaliilullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ismaa-‘iilu ‘alaihis salaam dzabiihullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina muusaa ‘alaihis salaam kaliimullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam khaliifatullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam ruuhullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana
    muhammadur rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam

    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Aadam AS pilihan Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Nuuh AS diselamatkan Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ibraahiim AS teman dekat Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ismaa-‘iil AS yang disembelih Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Muusaa AS yang diajak bicara oleh Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Daawuudu AS khalifah Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina ‘Iisaa AS ruh Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam utusan Allaah

    Allaahummarhamnaa bibarakati tauraati sayyidina muusaa ‘alaihis salaam wa injiili sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam wa zabuuri sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam wa furqaani sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam, birahmatika yaa arhamar raahimiin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.

    Ya Allaah, kasihilah kami dengan berkah Taurat Sayyidina Muusaa AS, Injil Sayyidina ‘Iisaa AS, Zabuur Sayyidina Daawuud AS dan al-Furqaan / al-Qur-an sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam utusan Allaah, dengan kasihmu, yang maha penyayang. Dan segala puji bagi Allaah, tuhan semesta.

    ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.

    Ya Allaah bukakanlah bagiku hikmah-Mu dan limpahkanlah padaku keberkahan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang

    RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.

    Ya Rabb, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.

    RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.

    Ya Allaah janganlah engkau tinggalkan aku seorang diri dan engkau sebaik-baik dzat yang mewarisi. (QS. Al-Anbiya-i’: 89).

    Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.

    Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

    اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

    “Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

    “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

    “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).

    Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.

    Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.

    Ya Allaah, percepatlah kebangkitan INDONESIA. Pulihkanlah kejayaan INDONESIA, Lindungilah INDONESIA dari bencana.

    Ya Allaah, jadikanlah INDONESIA baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.

    Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu keselamatan dalam agama, dunia, akhirat, kesejahteraan/kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkat, diterima taubat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu sekarat dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon kemaafan ketika dihisab.

    Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu akhir yang baik dan berlindung dari akhir yang buruk.

    Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami mohon keridhaan-Mu dan sorga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.

    Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.

    Ya Allaah, jauhkanlah bencana, wabah, kekejian, kekerasan dan cobaan – yang terlihat maupun tersamar – dari negeri kami khususnya dan dari dunia Muslim umumnya.

    Allaahumma ahlikil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.
    Ya Allaah, hancurkalah musuhmu, musuh agamamu, yaitu orang kafir, bid’ah dan musyrik.

    Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.
    Ya Allaah, cerai beraikanlah persatuan mereka, goyahkanlah keyakinan mereka.
    Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.

    Ya Allaah, masukkanlah kami melalui jalan yang benar, keluarkanlah kami melalui jalan yang benar, dan berilah aku kekuasaan yang menolong.

    ——(doa khusus untuk SELURUH RAKYAT INDONESIA YANG MENJADI KORBAN IMPERIALIS / KOLONIALIS 1511 – 1962 , semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka).

    ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
    ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
    ———————

    Ya Allaah, dengan hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy dan shalawat, salam dan berkah semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam, kami mohon segala hal yang terbaik, segala hal yang terindah bagi semesta – khususnya kami, keluarga kami dan seluruh kaum Muslim.

    Ya Allaah, dengan segala hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy dan shalawat, salam, berkah semoga selalu tercurah kepada Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam, kabulkanlah yaa Allaah segala doaku.

    Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.

    Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksaan neraka serta masukanlah kami ke surga bersama orang-orang baik.

    Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.

    Tuhan kami, perkenankanlah do’a-do’a kami, karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Shalawat, salam dan berkah semoga dilimpahkan kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad s.a.w, atas keluarganya, sahabatnya dan umatnya semuanya.

    HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.

    Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

    Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal
    mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

    Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

    GANIE, INDRA – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten

    Suka

Tinggalkan komentar